Minggu, 27 Desember 2009

RUHUL QUDUS


RUHUL QUDUS "... (cisaat | June 28, 2005)

Katakanlah: "Ruhul Qudus menurunkannya dari Rabbmu dengan Al-Haqq, untuk meneguhkan orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. 16:102)

Ruhuhl Qudus berasal dari kata Ruh dan al-Quds. Ruh berarti ruh dan al-Quds adalah salah satu sifat Allah yang berarti Maha Suci. Berarti secara sederhana Ruhul Qudus berarti adalah Ruh Sang Maha Suci.

Ia (ruh) telah ada, bersemayam dalam diri tiap manusia. Hal ini diberikan-Nya ketika seorang manusia masih dalam kandungan bundanya.

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. 32:9)

Karena itulah, sesungguhnya tiap manusia punya potensi untuk menjadi citra Allah di muka bumi ini, karena di dalam dirinya bersemayam Ruh-Allah. Hal ini pulalah yang menyebabkan kenapa Allah mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena sesungguhnya ia dapat (berpotensi) menjadi citra dari-Nya.

Menyertai keberadaan sang Ruh, Allah menyertakan pula keberadaan hawa nafsu dan syahwat ke dalam diri manusia, yang berfungsi sebagai kuda tunggangan sekaligus menjadi ujian bagi manusia.

Setelah lahir ke muka bumi, kebanyakan manusia melakukan aktifitasnya berdasarkan hawa nafsu dan syahwatnya yang masih liar. Imam al Ghazaly dalam kitab Sabar mengatakan bahwa masa kanak-kanak adalah masa seorang manusia sebagaimana binatang, ia hanya mengikuti keinginan-keinginan hawa nafsu dan syahwatnya yang masih liar. Akibatnya tanpa disadarinya hatinya tertutup oleh noda-noda dosa, sehingga menutupi cahaya Ruh-Allah dalam memberi bimbingan dan pengetahuan kepada Sang Jiwa.

Ketika seorang manusia mulai beranjak remaja, akal otaknya mulai berfungsi, maka disinilah titik mula seseorang baru dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Saat inilah seorang manusia baru akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya. Namun pada saat ini pula manusia akan mendapatkan bahwa hatinya tertutup oleh noda-noda, sehingga Ruh-Allah yang bersemayam dalam dirinya tertutup.

Seorang yang mengisi akal otaknya dengan ilmu yang baik dan benar, akan menuntunnya kepada proses taubat, iman dan amal shalih. Akibat proses taubatan nasuuha ini, menyebabkan Allah mencurahkan rahmat-Nya, berupa cahaya yang menyebabkan hati yang gelap gulita menjadi sedikit demi sedikit luruh noda-noda yang menutupinya, dan menjadi terang benderang. Proses ini adalah proses yang panjang, yang penuh liku-liku bagaikan jalan yang curam lagi licin. Syaithan dan balatentaranya tidak akan merasa senang melihat seorang manusia menapaki jalan ini.

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS. 29:7)

Ketika seseorang melakukan proses pensucian diri dengan benar, hal ini akan menyebabkan jiwanya berproses menuju kesempurnaannya. Hawa nafsu dan syahwatnya yang asalnya liar, dengan rahmat Allah menjadi jinak, dan dapat menjadi kendaraan seorang manusia untuk beramal shalih, menjadi khalifah Allah di muka bumi.

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 12:53)

Dengan luruhnya noda-noda dosa yang menutupi qalbu, maka sedikit demi sedikit seorang hamba akan mampu menerima petunjuk langsung dari Sang Khalik. Ketika sang qalbu bersih dengan sebersih-bersihnya dari segala noda yang menutupinya, maka Ruhul Qudus akan menyala dalam dirinya.

Ruhul Qudus inilah adalah zat Allah yang ada dalam diri (qalbu) seorang manusia.

Berkata Wahab bin Munabbih, bahawasanya Rasulullah SAW telah bersabda: Allah Ta?ala telah berfirman : "Sesungguhnya semua petala langit dan bumi akan menjadi sempit untuk merangkul Zat-Ku, akan tetapi Aku mudah untuk dirangkul oleh qalbu seorang Mu'min." (HR. Ahmad)

Dari Ummu Salamah R.A, Rasulullah SAW bersabda : ?Apabila dikehendaki oleh Allah kebajikan pada seorang hamba, niscaya dijadikan-Nya orang itu memperoleh pelajaran dari qalbunya.? (HR. Abu Manshur Ad-Dailamy).

Dengan menyalanya Ruhul Qudus dalam qalbunya, hal ini mengakibatkan sang hamba menjadi citra Allah. Ia ridha kepada Allah dan Allah ridha kepadanya. Segala yang dilakukannya bukan lagi beradasarkan hawa nafsunya, tetapi merupakan tuntunan dari Allah. Rasa karsanya telah 'menyatu' dengan rasa karsa Allah Swt.
Ibnu Arabi membahasakan seorang yang Ruhul Qudusnya telah menyala sebagai orang yang telah 'Wahdatul Wujud' dengan Tuhannya. Hal ini pula yang diisyaratkan Nabi Muhammad Saw dalam hadits berikut:

"Dan tiada cara bertaqarub (mendekatkan diri) dari seorang hamba yang lebih Aku sukai melainkan melaksanakan hal-hal yang Kufardhukan. Namun hamba-Ku itu senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan hal-hal yang sunnah, sehinggapun Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi alat pendengarannya yang dengannya dia mendengar. Aku menjadi alat penglihatannya yang dengannya ia melihat. Aku menjadi tangannya yang dengannya dia memukul dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku sungguh Aku akan kabulkan, dan jika ia memohon akan perlindungan-Ku, Aku akan melindunginya. [HR Bukhari]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.