Selasa, 19 Januari 2010

Al Wasilah (Perantaraan)





Abu Bakr Jabir al-Jazairi

Orang Muslim beriman bahwa Allah Ta'ala menyukai amal perbuatan yang paling shalih, dan paling baik. Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang shalilh dan menyuruh mereka mendekat kepada-Nya, mencari kecintaan kepada-Nya, dan mencari perantaraan kepada-Nya.
Oleh karena itu, orang Muslim bertaqarrub (mendekat) kepada Allah Ta'ala dengan amal perbuatan yang shalih, dan perkataan-perkatan yang baik. Ia meminta kepada Allah Ta'ala dan mendekat kepada-Nya dengan Asmaul Husna-Nya, sifat-sifat-Nya yang maha tinggi, beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya, mencintai-Nya dan mencintai Rasul-Nya, mencintai orang-orang shalih, dan mencintai seluruh kaum mukminin. Ia mendekat kepada Allah Ta'ala dengan ibadah-ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan ibadah-ibadah sunnah. Ia juga mendekat kepada Allah Ta'ala dengan meninggalkan hal-hal haram, dan menjauhi larangan-larangan.

Ia tidak meminta kepada Allah Ta'ala dengan kedudukan salah seorang dari manusia, atau dengan amal perbuatan salah seorang dari hamba-hamba-Nya. Karena kedudukan seseorang itu bukan karena usahanya, dan amal perbuatan seseorang itu bukan berasal dari amal perbuatannya, sehingga ia harus meminta kepada Allah Ta'ala dengannya, atau mempersembahkan perantaraan di depan-Nya dengannya.

Allah Ta'ala tidak menyuruh hamba-hamba-Nya bertaqarrub (mendekat) kepada-Nya dengan selain amal perbuatan mereka, dan selain kebersihan ruhani mereka, namun dengan iman, dan amal shalih, karena dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.

Dalil-Dalil Wahyu

1. Penjelasan Allah Ta'ala tentang hal tersebut dalam firman-firman-Nya seperti dalam firman-firman-Nya berikut ini.
* "Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya." (Fathir: 10)
* "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih." (Al-Mukminun: 51)
* "Dan Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami, karena sesungguhnya dia termasuk orang-orang shalih." (Al-Anbiya': 75)
* "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya." (Al-Maidah: 35)
* "Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)." (Al-Isra': 57)
* "Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kalian, dan mengampuni dosa-dosa kalian Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali Imran: 31)
* "Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah) ." (Ali Imran: 53)
* "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu), ‘Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian', maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (Ali Imran: 193)
* "Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raaf: 180)
* "Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)." (Al-Alaq: 5)
2. Penjelasan Rasulullah saw. tentang hal tersebut dalam sabda-sabdanya, seperti sabda-sabdanya berikut ini.
* "Sesungguhnya Allah itu baik yang tidak menerima kecuali yang baik-baik." (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi dan Ahmad).
* "Kenalilah Allah pada saat sejahtera, Allah pasti mengenalmu pada saat kesulitan." (Diriwayatkan At-Tirmidzi dan ia men-shahih-kannya).
* "Hamba-Ku tidak mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga aku mencintainya." (Mutafaq Alaih).
* Sabda Rasulullah saw. dalam hadits qudsi, "Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat padanya satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat padanya sedepa. Jika datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku datang kepadanya dengan lari-lari kecil." (Diriwayatkan Al-Bukhari).
* Dalam hadits lain, Rasulullah saw. bercerita tentang orang-orang yang tertahan di dalam gua karena batu menutup pintunya. Lalu, salah seorang dari mereka mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dengan baktinya kepada kedua orang tuanya, orang kedua dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah Ta'ala padanya, dan orang ketiga dengan mengembalikan hak kepada pemiliknya padahal ia amat menginginkannya. Ini terjadi setelah salah seorang dari mereka berkata kepada mereka, "Ingat-ingatlah amal perbuatan shalih yang kalian kerjakan karena Allah, kemudian berdoalah kalian kepada Allah dengan amal-amal tersebut. Mudah-mudahan menghilangkan musibah ini dari kalian." Kemudian mereka berdoa, dan mendekat (tawassul) kepada Allah dengan amal perbuatannya masing-masing, hingga kemudian Allah membuka gua untuk mereka, dan mereka bisa keluar daripadanya dengan selamat. (Muttafaq Alaih).
* "Saat terdekat seorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika ia sujud." (Diriwayatkan Muslim dan lain-lainnya).
* "Ya Allah, aku meminta kepada-Mu dengan semua nama-Mu yang Engkau namakan Diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau Engkau rahasiakan di dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, hendaklah Engkau menjadikan Al-Qur'an yang agung sebagai taman hatiku, sebagai cahaya dadaku, sebagai penghilang kesedihanku, dan sebagai pelipur kecemasanku, dan kekalutanku." (Diriwayatkan Ahmad dengan sanad yang baik).
* "Sungguh orang ini telah berdoa kepada Allah dengan nama Allah yang terbesar di mana Allah tidak diminta dengannya melainkan Dia mengabulkan." (Diriwayatkan Ahmad).
3. Kisah-kisah tawassul para nabi disebutkan dalam Al-Qur'an Al-Karim, dan bahwa mereka bertawassul dengan nama-nama Allah Ta'ala, sifat-sifat-Nya, iman kepada-Nya, amal shalih, dan tidak dengan selain itu semua.
* Nabi Yusuf Alaihis-Salam berkata dengan tawassulnya, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan, dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. Wahai Pencipta langit dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih." (Yusuf: 101).
* Dzun Nun (Nabi Yunus) Alaihis-Salam berkata dengan tawassulnya, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku, maka Allah mengampuninya." (Al-Qashash: 16).
* Nabi Musa Alaihis-Salam berkata dengan tawassulnya, "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab." (Ghafir: 27).
* Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail berkata dalam tawassul keduanya, "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 127).
* Adam dan Hawa berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-A'raaf: 23)

Dalil-Dalil Akal

1. Kemahakayaan Allah Ta'ala, dan kemiskinan hamba menghendaki hamba yang miskin mendekat kepada Allah Yang Mahakaya, agar hamba yang miskin dan lemah tersebut bisa selamat dari apa yang ia takutkan, dan beruntung dengan apa yang dicintai Allah, dan disenangi-Nya.
2. Ketidaktahuan seorang hamba terhadap apa saja yang dicintai AllahTa'ala, dan perkataan dan perbuatan yang dibenci-Nya menghendaki bahwa pendekatan itu hanya terbatas pada apa saja yang telah disyariatkan Allah Ta'ala, dan dijelaskan Rasul-Nya baik berupa perkataan, dan perbuatan yang baik yang harus dikerjakan, atau perkataan, dan amal perbuatan kotor yang harus ditinggalkan.
3. Kedudukan yang dimiliki seseorang yang bukan karena usahanya, dan amal perbuatannya yang bukan hasil kerja kedua tangannya itu menghendakinya mendekat kepada Allah Ta'ala dengan amal perbuatannya. Karena, kedudukan seseorang itu - kendati setinggi apa pun - itu tidak bisa menjadi sarana pendekat bagi orang lain kepada Allah Ta'ala. Kecuali jika orang tersebut beramal dengan anggota badannya, atau hartanya untuk mendapatkan kedudukan pemilik kedudukan tersebut. Maka, ketika itulah ia meminta kedudukan tersebut kepada Allah dengan amal perbuatannya, karena amal perbuatan tersebut menjadi usahanya, dan hasil kerja kedua tangannya. Ini dengan syarat, dari awal ia memaksudkan amal perbuatan itu ikhlas karena Allah Ta'ala, dan mencari keridhaan-Nya

Apakah Doa Dapat Mengubah Takdir yang Ditetapkan kepada Manusia sebelum Penciptaannya?





Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin

Jawaban:


Tidak diragukan lagi bahwa doa dapat mengubah takdir, tetapi takdir juga telah menetapkan bahwa perubahan itu akan terjadi karena doa, maka jangan mengira bahwa jika Anda berdoa kepada Allah berarti Anda berdoa dengan sesuatu yang tidak ditakdirkan, tetapi doa Anda itu sendiri telah ditakdirkan dan apa yang akan terjadi juga telah ditakdirkan. Maka dari itu kita dapati ada seseorang yang membacakan doa kepada orang sakit hingga sembuh. Seperti yang terjadi pada kisah tentang sekelompok pasukan yang diutus Nabi saw , lalu mereka ingin singgah menjadi tamu di suatu kaum, tetapi mereka menolak untuk mereka singgahi.

Lalu ditakdirkan behawa pimpinan kaum itu digigit ular hingga mereka meminta kepada pasukan itu untuk membecakan doa atasnya. Para sahabat (pasukan) itu, menyaratkan upah atas doa yang akan mereka bacakan. Penduduk kaum pun berjanji akan memeberi mereka seekor kambing. Lalu salah seorang dari sahabat membacakan surat Al-Fatihah kepadanya. Maka berdirilah orang yang tergigit ular itu seakan-akan dia lepas dari belenggu, atau seakan-akan dia seekor keledai yang lepas dari ikatan. Dengan demikian doa dapat berpengaruh terhadap kesembuhan orang sakit.

Doa memang mempunyai pengaruh tetapi tidak mengubah takdir, melainkan telah ditetapkan bahwa takdir itu akan berubah dengan doa, karena segala sesuatu di sisi Allah telah ditetapkan. Begitu juga semua factor yang memberikan pengaruh terhadap perubahan-perubahannya atas izin Allah. Semua factor sudah ditentukan dan akibatnya pun telah ditentukan.

Penjelasan tentang Takdir





Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin


Ya Syaikh, tolong jelaskan kepada kami tentang masalah takdir? Apakah asal semua tindakan manusia sudah ditakdirkan? Lalu bagaimana manusia memilih pekerjaannya? Misalnya, jika Allah menakdirkan seseorang akan membangun masjid, pasti dia akan membangunnya, tetapi dia tidak melakukannya karena dia tahu bahwa dia diberi pilihan membangun atau tidak terserah kepadanya. Begitu juga kemaksiatan, jika Allah menakdirkan, pasti dia akan melakukan kemaksiatan itu, tetapi dia tidak melakukannya, karena dia tahu bahwa dia diberi pilihan untuk melaksanakan atau tidak terserah kepadanya. Kesimpulannya bahwa manusia diberi pilihan apakah dia akan melaksanakan apa yang ditakdirkan kepadanya ataukah tidak, terserah kepadanya. Apakah pendapat ini benar?


Jawaban:

Masalah takdir merupakan masalah yang selalu diperdebatkan manusia sepanjang zaman, maka dari itu manusia dibagi menjadi tiga bagian: dua bagian di ujung dan satu bagian di tengah. Dua bagian yang ada di ujung itu adalah:

Pertama, orang yang melihat keumuman takdir Allah sehingga dia menafikan adanya tindakan memilih. Dia berpendapat bahwa manusia serba terpaksa dalam pekerjaannya dan tidak mempunyai pilihan apa-apa. Jika ada seseorang jatuh dari atap karena diterpa angina dan sebagainya atau dia turun dengan selamat, semuanya sudah ditetapkan dalam takdir.

Kedua, orang yang berpendapat bahwa manusia melakukan segala sesuatu atau meninggalkannya berdasarkan pilihannya sendiri dan tidak ada hubungannya denga takdir Allah. Dia berpendapat bahwa manusia bebas mengerjakan amalnya dan tidak ada kaitannya dengan takdir Allah di dalamnya.

Ketiga, orang yang bersikap tengah-tengah, lalu melihat kedua sebab itu. Dia melihat keumumam takdir Allah dan juga melihat adanya pilihan manusia. Dia mengetahui secara tegas perbedaan antara jatuhnya manusia dari langit-langit karena angin atau lainnya dan turunya dia darinya karena pilihannya sendiri ataukah karena takdir.

Kelompok ketiga ini tahu bahwa dia jatuh bukan atas pilihannya, tetapi ketika dia turun dari tangga adalah atas pilihannya; tetapi keduanya terjadi karena ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah. Tidak ada sesuatu yang terjadi di bumi Allah ini tanpa diinginkan-Nya, tetapi apa yang terjadi karena pilihan manusia terjadi pada aspek yang bersifat taklif (pembebanan). Maka tidak ada hujjah (alasan) baginya dengan takdir dalam masalah taklif yang diperintahkan dan dilarang. Demikian itu karena ketika dia melakukan pelanggaran, dia tidak tahu apa yang ditakdirkan Allah kepadanya, sehingga ketika dia memilih melakukan pelanggaran itu, dia berhak mendapatkan hukuman baik di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu, tatakala dia dipaksa seseorang untuk melanggar, dia tidak dihukum karena pelanggaran itu, karena dia melakukannya secara terpaksa.

Jika manusia tahu bahwa larinya dia dari api menuju tempat yang aman adalah pilihannya, jika menetapnya dia di rumah yang indah dan luas juga berdasarkan pilihannya, tetapi di samping itu dia juga beriman bahwa larinya dia dari api dan menetapnya dia di rumah yang indah itu terjadi karena ketetapan dan takdir Allah; jika dia tetap tinggal di tempat itu akan dilahap api dan jika dia terlambat meninggalkan tempat itu akan celaka dan kehilangan kesempatan sehingga dia akan dicela; mengapa dia tidak tahu masalah ini sehingga meremehkannya dengan meninggalkan factor-faktor yang dapat menyelamatkannya dari neraka dan mengantarkannya ke dalam surga?

Sedangkan permisalan yang digambarkan bahwa jika Allah menakdirkan hamba-Nya mampu membangun masjid maka dia pasti akan membangunnya, tetapi dia tidak melakukannya karena dia tahu bahwa dia diberi pilihan membangun atau tidak terserah kepadanya, ini adalah permisalan yang tidak benar, karena dia menyatakan bahwa membangun tidaknya, hanya ditetapkan berdasarkan akal, tidak masuk di dalamnya takdir Allah, padahal asal pemikiran untuk membangun itu sendiri, hanya ditetapkan berdasarkan takdir dan tidak ada pilihan di dalamnya.

Tetapi asal pemikiran untuk membangun masjid itu juga masuk di dalamnya pilihan manusia, karena dia tidak dipaksa dalam melakukannya, seperti halnya dia tidak dipaksa untuk berfikir membangun kembali rumahnya atau membiarkannya. Tetapi pemikiran itu sendiri, sebenaranya telah ditakdirkan Allah Swt kepadanya melalui cara yang tidak dia sadari, karena itu, dia tidak tahu bahwa Allah telah menetapkan takdir kepadanya sehingga terjadi sesuatu. Takdir addalah rahasia tersembunyi yang tidak seorang pun mengetahuinya, kecuali jika Allah menunjukkannya melalui wahyu atau terjadi secara inderawi. Begitu juga tentang masalah pembangunan masjid tadi, semua itu ditakdirkan oleh Allah, karena Allah telah menakdirkan segala sesuatu baik secara global maupun rinci. Tidak mungkin manusia memilih sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak ditakdirkan-Nya, tetapi jika seseorang memilih sesuatu dan mengerjakannya, sememntara dia tahu dengan yakin bahwa Allah Swt telah menetapkan dan menakdirkannya, maka orang itu diberi pilihan berdasarkan factor-faktor inderawi yang tampak yang telah ditakdirkan Allah sebagai sebab terhjadinya perbuatan itu, sehingga ketika manusia melakukan perbuatan itu dia tidak merasa ada orang lain yang memaksanya berbuat. Jika dia mengerjakan hal itu sesuai dengan factor-faktor yang dijadikan Allah sebagai sebab, berarti baik secara langsung maupun tidak langsung, Allah telah menakdirkannya.

Begitu juga mengenai permisalan yang Anda katakan, tentang orang yang melakukan kemaksiatan, bahwa Allah telah menakdirkannya akan berbuat maksiat dan dia pasti akan melakukannya, tetapi akhirnya dia meninggalkan kemaksiatan itu karena dia tahu bahwa dirinya diberi kebebasan untuk memilih.

Pendapat kami dalam masalah ini sama seperti pendapat kami tentang masalah pembangunan masjid: sesungguhnya takdir Allah yang ditetapkan kepada seseorang untuk berbuat maksiat tidak menafikan pilihannya, karena ketika dia memilih untuk berbuat maksiat itu, dia tidak tahu apa yang ditetapkan Allah kepadanya, sehingga tindakan itu dia lakukan berdasarkan pilihannya dan dia tidak merasa ada orang lain yang memaksanya. Tetapi, ketika orang itu telah melakukan perbuatannya, kita baru tahu bahwa Allah telah menakdirkannya. Begitu juga tentang perbuatan maksiat yang dilakukan seseorang, terjadi karena pilihannya sendiri yang tidak bertentangan dengan takdir Allah, karena Dia telah menakdirkan segala sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung, dan menetapkan segala factor yang menghantarkan seseorang kepada takdirnya. Semua itu tidak menyimpang dari ketetapan Allah dan tidak pula menyimpang dari perbuatan manusia yang bersifat memilih dan terpaksa, seperti yang difirmankan Allah, "Apakah kamu tidak menetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan bumi?;bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab )Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah." (Al-Hajj: 70)

Kemudian firman Allah, "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tingalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." (Al-An'aam:112)

Kemudian firman Allah, "Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang yang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka untuk memebinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi merka agamanya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah merka dan apa yang mereka ada-adakan. " (Al-An'aam:137)

Serta firman Allah, "Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang dating) sesudah rasul-rasul itu, sesudah dating kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di anatara mereka yang kafir. Seandainya Allah mengehendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya." (Al-Baqarah: 253)

Seyogyanya seseorang tidak mencari-cari masalah seperti ini untuk dirinya sendiri maupun orang lain yang dapat menimbulkan gangguan akidah dan menentangka syariat denga takdir. Tindakan semacam ini bukan manhaj para sahabat Nabi, padahal mereka adalah orang-orang yang paling kuat tekadnya dalam memahami realitas dan paling dekat dengan Rasulullah, penepis keraguan dan penghilang kegundahan. Dalam sebuah hadits disebutkan, 'Dari Ali Radhiyallahu ANhu berkata, 'Kami duduk bersama Nabi Saw dan beliau sedang membawa tongkat sambil digores-goreskan ke tanah seraya bersabda, 'Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun di surga. 'Salah seorang dari kaum itu bertanya, 'Apakah kita tidak bertawakkal ya Rasulullah.'Beliau menjawab, 'Tidak, ketahuilah behwa semuanya akan dimudahkan.'Kemudian beliau membaca firman Allah, 'Maka barangsiapa yang memberi dan bertakwa…..(ayat) ." (Al-Bukhori dan Muslim) Ditakhrij Al-Bukhori dalam kitab Al-Qadar, wa Kaana Amrullahi Qadaran Maqdura. Muslim, kitab Al-Qadar bab "Kaifiyatu Khalqi Al-Adam fi Bathini Ummihi", [2647)

Dalam satu riwayat disebutkan, "Ketahuilah bahwa semuanya dimudahkan untuk mencapai apa yang dia diciptakan untuknya. Adapun orang yang termasuk ahli bahagia, akan dimudahkan baginya mengerjakan pekerjaan ahli bahagia, sedangkan orang yang ditakdirkan menjadi ahli sengsara, akan dimudahkan baginya mengerjakan amalan orang-orang sengsara." Ditakhrij Al-Bukhori dalam kitab Al-Janaiz, bab "Mau'idzah Al-Muhaddits 'Inda Al-Qubr", [1362] dan Muslim kitab Al-Qadar, bab "Kaifiyatu Khalqi Al-Adami fi Bathni Ummihi", [2647)

Kemudian beliau membaca firman Allah, "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapaun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar." (Al-Lail: 5-10)

Nabi saw melarang hanya bersandar kepada takdir tanpa berbuat apa-apa, karena jika hanya diam tanpa berbuat, tidak ada jalan untuk mengetahui takdir itu, maka beliau memerintahkan agar seseorang mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya, yaitu bekerja dan berdalil kepada ayat yang menunjukkan bahwa orang yang beramal shalih dan beriman maka dia akan dimudahkan Allah melakukannya. Itulah obat mujarab yang membawa hasil, yang di dalamnya seorang hamba akan mendapatkan kelapangan dan kebahagiaan, yaitu giat beramal shalih yang didasarkan atas keimanan dan merasa gembira dengannya ketika mengikutinya dengan kemudahan di dunia dan akhirat. Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk beramal shalih, semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita, menjauhkan kita dari kesulitan dan mengampuni kita di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mengabulkan.

Nabi yang Takjub kepada Kaumnya




Inilah kisah seorang nabiyullah yang diberi umat yang banyak jumlahnya. Dari umatnya itu dia membentuk pasukan yang besar, banyak jumlahnya, dan tangguh. Apa yang dicapai oleh umatnya sangatlah menakjubkan, begitu pula kekuatannya. Dia berkata, "Siapa yang bisa melawan dan menghadang mereka?"

Maka Allah membinasakan tujuh puluh ribu dari kaumnya akibat takjub yang ada padanya.
Teks Hadis


Imam Ahmad meriwayatkan dari Suhaib berkata, apabila Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam shalat, beliau membisikkan sesuatu yang tidak aku mengerti dan tidak menjelaskan kepada kami. Beliau bertanya, "Apakah kalian memperhatikanku?" Kami menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku teringat salah seorang nabi yang memiliki pasukan dari kaumnya –dalam riwayat lain, 'membanggakan umatnya'- dia berkata, 'Siapa menandingi mereka? Atau, siapa yang bisa melawan mereka? Atau ucapan seperti itu.'

Maka diwahyukan kepadanya, 'Pilihlah satu dari tiga perkara untuk kaummu: Kami biarkan musuh dari selain mereka menguasai mereka, atau kelaparan atau kematian.' Maka Nabi itu bermusyawarah dengan kaumnya dan mereka berkata, 'Engkau adalah nabiyullah, engkau yang memutuskan. Pilihlah untuk kami.' Lalu dia mendirikan shalat setiap kali mereka sedang menghadapi urusan penting. Mereka mengatasinya melalui shalat. Maka dia shalat sesuai dengan kehendak Allah."

Nabi melanjutkan, "Kemudian dia berkata, 'Ya Rabbi, adapun musuh dari selain mereka, maka jangan. Adapun kelaparan, maka jangan. Akan tetapi aku memilih kematian.' Lalu kematian dikirim kepada mereka, dan yang mati di kalangan mereka sebanyak tujuh puluh ribu." Nabi bersabda, "Bisikanku yang kalian perhatikan itu adalah aku berkata, 'Ya Allah, dengan-Mu aku berperang, dengan-Mu aku melawan dan tiada daya dan kekuatan kecuali Allah.'"


Penjelasan Hadis

Rasulullah memberitakan kepada kita di dalam hadis ini kisah tentang seorang nabiyullah dengan umat yang besar jumlanya dan tangguh. Dia melihat pemberian Allah ini dan takjub dengan apa yang dilihatnya. Dalam dirinya muncul kekaguman bahwa tidak ada yang mampu menghadapi umatnya, tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Semestinya orang yang menduduki kursi kenabian tidak boleh bersikap demikian, karena ujub dengan diri sendiri atau dengan anak atau harta atau umat adalah penyakit yang buruk. Seorang mukmin dalam menghadang musuhnya tidak tertipu oleh bala tentaranya yang banyak, tidak kecut dengan bala tentaranya yang sedikit, karena kemenangan hanya dari Allah semata. "Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah." (Ali Imran: 126). "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 249).

Kadangkal membanggakan jumlah yang besar justru menjadi penyebab kekalahan. "Dan (ingatlah) peperangan Hunaian, yaitu pada waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai." (At-Taubah: 25).

Nabi ini dihukum pada kaumnya. Allah meminta kepadanya untuk memilih bagi umatnya satu dari tiga perkara. Dibiarkannya musuh dari selian mereka menguasasi mereka atau kelaparan atau kematian.

Aku bertanya pada diriku sendiri, rahasia apakah gerangan sehingga nabi itu disuruh memilih satu dari tiga perkara. Maka aku mendapati bahwa satu dari tiga hal itu bisa melemahkan, bahkan melenyapkan kekuatan sebuah umat. Ia menghilangkan ujub yang ada di hati nabi itu dan umatnya. Jika Allah menguasakan musuh dari selain mereka terhadap mereka, maka musuh itu akan menghinakan dan merenggut kehormatan mereka. Jika kelaparan yang menimpa, maka kekuatan mereka lenyap dan mudah untuk dikalahkan. Jika mati, maka jumlah mereka berkurang.

Memilih satu dari tiga perkara adalah perkara yang membingungkan dan perlu pertimbangan yang matang. Nabi ini telah berunding dengan umatnya dan mereka menyerahkan perkara itu kepadanya, karena dia adalah nabiyullah. Para nabi diberi petunjuk dan langkahnya adalah lurus.

Pilihan nabi ini cukup tepat. Dia memilih kematian, bukan kelaparan atau kekuasaan musuh atas mereka. Jika seseorang yang hanya menimbang dengan tolak ukur dunia, niscaya dia memilih lain dari apa yang dipilihnya oleh nabi itu.

Mungkin sebagian orang yang berpikiran dangkal berpendapat bahwa pilihan tepat adalh dikuasakannya musuh atas mereka, karena merka akan tetap hidup walaupun musUh bisa saja membunuh sebagian dari mereka. Akan tetapi nabi ini tidak rela jika kaumnya dihina dan diinjak-injak. Dan pembunuhan tidak bisa terelakkan jika musuh mereka menguasai mereka.

Kelaparan adalah perkara berat. Bisa jadi kelaparan menjadi penyebab kalahnya mereka dari musuh mereka, bahkan mungkin banyak yang mati karenanya.

Memilih kematian adalah memilih sesuatu yang pasti datang. Siapa yang hari ini tidak mati, maka dia akan mati besok atau lusa, tidak ada tempat berlari dan berlindung darinya.

Nabi ini memilih kematian buat umatnya. Orang-orang yang kembali kepada Tuhan mereka diharapkan bisa diterima di sisi-Nya, dan orang-orang yang hidup sesudah mereka diharapakan bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada mereka. Bisa jadi setelah mereka mati, Allah memberi ganti dalam jumlah yang banyak jika Dia berkehendak. Segala perkara berada di tangan Allah.

Nabi ini shalat. Begitulah para nabi dan orang-orang shaleh manakala menghadapi perkara besar, mereka berdiri shalat. Maka dia shalat sebagaimana dikehendaki oleh Allah untuk shalat. Lalu Allah memberinya taufik untuk memilih perkara yang paling ringan. Dia berkata kepada Tuhannya, "Adapun musuh dari selain mereka, maka jangan. Kelaparan juga jangan, akan tetapi kematian."

Kematian menyebar di kalangan mereka seperti api yang menyebar di hamparan rumput kering. Satu persatu wafat. Kematian menjemput dan membinasakan generasi yang tumbuh. Dalam satu hari ada tujuh puluh ribu yang wafat.

Akibat dari ujub yang ada pada nabi ini kepada kaumnya sangatlah mengerikan. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam khawatir seperti ini bisa menimpa para sahabatnya. Maka beliau berbisik setelah shalat, "Ya Allah, dengan-Mu aku berusaha, dengan-Mu aku melawan, dan dengan-Mu aku berperang." Dan beliau mengingat kisah nabi ini, maka beliau berdoa dengan doa seperti di atas kepada Allah, mengumumkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan serta hanya bergantung kepada kekautan dan daya para sahabatnya. Dalam menghadapi musuh nabi berperang kepada Allah semata, tanpa selain-Nya. Hanya dari-Nya pertolongan dan kemenangan, dan tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan-Nya.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

1. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memberi pengertian kepada para sahabatnya tentang sebab-sebab kelemahan dan kebinasaan, di antaranya adalah ujub terhadap diri sendiri.

2. Akibat ujub sangatlah mengerikan, sebagaimana yang terjadi pada umat Nabi tersebut. Hal itu karena ujub melemahkan tawakal dan berpijak kepada Allah, serta menjadika seseorang hanya bergantung keapa sebab-sebab materi.

3. Hendaknya para pemimpin, para panglima dan para pengendali urusan harus waspada. Jangan sampai Allah menurunkan apa yang telah Allah timpakan kepada kaum nabi ini. Pada zaman ini kita sering melihat dan mendengar banyakanya kekaguman para pemimpin dan panglima terhadap tentara dan pengikut mereka.

4. Bisa jadi sebab turunnya ujian adalah sesuatu yang samar, hanya diketahui oleh orang yang mengerti agama Allah. Musibah ini bisa menimpa kaum shalih yang berjihad, sementara mereka tidak mengetahui dari mana sebabnya.

5. Adanya umat yang baik dalam jumlah besar sebelum kita. Pada kalangan mereka terdapat orang-orang yang berperang dan berjihad di jalan Allah. Adalm rentang waktu yang pendek, jumlah orang yang mati mencapai tujuh puluh ribu orang.

6. Seorang muslim dianjurkan untuk melaksanakan shalat jika mendhadapi suatu perkara besar. Semoga Allah membimbingnya kepada pilihan yang paling lurus. Termasuk hal ini adlah istikharah yang disyariatkan leh Allah setelah dua rakaat.

7. Dalam perkara yang diharuskan memilih seorang muslim hendaknya tidak tergesa-gesa. Dia harus bermusyawarah seperti yang dilakukan oleh Nabi ini. Dia harus memikirkan dengan matang, menimbang antara pilihan-pilihan yang ada. Dia harus berdoa kepada Allah agar memberinya taufik sehingga bisa memilih dengan benar.

Senin, 18 Januari 2010

Punya Anak Bisa Tingkatkan Kesehatan Orangtua




Jakarta, Meskipun mengasuh anak memiliki kerepotan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari, tapi hasil penelitian menunjukkan anak dapat membuat kesehatan orangtuanya menjadi lebih baik dan mengurangi risiko terkena penyakit pembuluh darah.

Para peneliti dari Brigham Young University, University of Utah dan Cal State Long Beach, mengukur tekanan darah dari 198 laki-laki dan perempuan yang sudah menikah dengan usia antara 20-68 tahun.

Tekanan darah yang diukur berpindah-pindah selama periode 24 jam. Sekitar 70 persen dari pasangan tersebut sudah memiliki anak dengan usia yang bervariasi.

Partisipan menggunakan monitor yang dapat membaca tekanan darah secara acak sepanjang waktu, termasuk ketika partisipan sedang tertidur. Ini digunakan oleh peneliti untuk membandingkan tekanan darah dari pasangan yang sudah memiliki anak dengan yang belum. Karena nilai tekanan darah bisa mempengaruhi berbagai penyakit.

Didapatkan orangtua yang sudah memiliki anak mempunyai tekanan darah sistolik (angka di atas yang terukur saat jantung berkontraksi) 4,5 poin lebih rendah, serta tekanan darah diastolik (angka di bawah yang terukur saat jantung istirahat atau diantara detak jantung) 3 poin lebih rendah dibanding pasangan yang belum memiliki anak.

Sementara perempuan yang sudah memiliki anak menunjukkan perbedaan tekanan sistolik sebesar 12 poin dan tekanan diastolik sebesar 7 poin dibandingkan dengan perempuan yang belum memiliki anak.

Peneliti menemukan angka ini setelah memperhitungkan variabel lain seperti usia, massa tubuh, aktivitas fisik, pekerjaan dan merokok atau tidak.

"Tekanan darah yang lebih rendah pada orang yang telah memiliki anak menunjukkan kurangnya risiko terhadap penyakit hipertensi atau penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular seperti jantung," ujar ketua penelitian Julianne Holt-Lunstand dari departemen psikologi Universitas Brigham Young, seperti dikutip dari Latimes, Jumat (15/1/2010).

Ilmuwan ; Gempa dan Tsunami Besar Bisa Terjadi lagi di Indonesia




PARIS _ Sejumlah ilmuwan terkemuka di Eropa mengeluarkan peringatan bakal terulangnya gempa serta tsunami yang menghantam pantai barat Sumatera.

Para ilmuwan itu tidak memberikan informasi kapan waktu terjadi gempa, tetapi mereka memperingatkan gempa berdampak tsunami itu sama bahaya dengan gempa Padang tahun lalu. "Ancaman itu sangat jelas dan membutuhkan aksi mitigasi bencana yang sangat diperlukan," kata para ilmuwan tersebut.

Peringatan dari para pakar itu ditulis melalui surat yang dikirimkan ke jurnal terkemuka Nature Geoscience. Para ilmuwan itu dipimpin John McCloskey, seorang profesor Institut Penelitian Ilmu Lingkungan dari Universita Ulster, Irlandia Utara.

Para ahli menyebut, bahaya gempa itu datang dari bertambahnya tekanan terus-menerus selama dua abad di bagian paparan Sunda. Paparan Sunda merupakan salah satu zona gempa paling berbahaya di dunia yang membentang sepanjang perairan Sumatera bagian barat. Termasuk bagian itu adalah Kepulauan Mentawai yang berada "di ambang kerusakan", demikian diperingatkan para ilmuwan. "Ancaman gempa yang dapat menimbulkan tsunami berkekuatan besar dengan 8,5 Skala Richter (SR) di Mentawai tidak dapat didebat. Ada potensi korban jiwa sama besarnya dengan tsunami Samudra Hindia pada 2004," demikian pernyataan mereka.

Dia pun menyarankan pemerintah di beberapa negara untuk menyiapkan segala situasi menghadapi bencana itu. Prediksi memang jarang sekali tepat dalam dunia ilmu gempa bumi. Kemampuan untuk mengatakan kapan gempa bumi akan terjadi sangat sulit diterka. Namun, McCloskey pernah membuktikan prediksinya benar. Pada pertengahan Maret 2005 dia pernah mengungkapkan peringatan serupa. Lalu, pada 28 Maret 2005, sebuah gempa bumi berkekuatan 8,6 SR menggoyang Pulau Simeuleu dan memicu gelombang tsunami setinggi 3 meter.

Dalam surat kepada Nature Geoscience, tim menjelaskan kalkulasi mereka mengenai ancaman gempa pada segmen Mentawai akibat gempa berkekuatan 7,6 SR yang terjadi 60 km di dekat Kota Padang pada 30 September tahun lalu yang menewaskan 1.000 orang. Menurut tim McCloskey, di bawah Siberut, pulau terbesar di Mentawai, ketegangan energi berkekuatan besar masih tidak berubah setelah gempa 2009. Karena itu, dia berharap ada langkah antisipasi dari Pemerintah Indonesia.

"Pendirian bangunan tahan gempa mutlak diperlukan. Tentu, memperingatkan orang di Padang untuk mengantisipasi jika terjadinya gempa dan tsunami berikutnya," tulis para ilmuwan itu.

Kerry Sieh dari Institut Teknologi California (Caltech) menambahkan, siapa pun yang tinggal di daerah rawan sepanjang pantai barat Sumatera harus tahu bahwa gempa besar dan tsunami kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan sejarah kegempaan di sekitar Kepulauan Mentawai. Sieh dan timnya telah mempelajari karang yang tumbuh di sepanjang 700 km di sebelah selatan pusat gempa Aceh, terutama di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Dari catatan alam tersebut, para peneliti menemukan empat siklus tsunami selama 700 tahun terakhir, yakni peristiwa tahun 1350 ke 1380, 1606 ke 1685, dan 1797 ke 1833. "Korban dan kerusakan material bisa setara dengan yang terjadi di Provinsi Aceh tahun 2004," ujar Sieh. Namun, dengan kesiagaan masyarakat seperti tanggap bencana di Padang, jumlah korban dapat ditekan. Lebih dari 220.000 orang tewas dalam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 ketika gempa berkekuatan 9,3 SR mengguncang pantai barat Sumatera.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Fauzi membenarkan potensi terjadinya gempa dalam skala besar dan tsunami di pantai barat Sumatera.

Hanya saja, dia belum bisa menebak waktunya. "Kalau potensi memang iya ada di daerah sana, tapi itu jangka panjang sekira 10, 20, bahkan 50 tahun lagi," ujarnya. Untuk itu, pihaknya menyarankan agar pemerintah dan masyarakat mampu membuat bangunan atau gedung tahan gempa. Pemerintah diharapkan mempersiapkan jalur evakuasi bagi masyarakat. BMKG juga meminta masyarakat untuk tidak merusak dan mencuri peralatan early warning system tsunami yang dipasang di tengah laut.

BERDOA'LAH DAN PASRAHKAN'LAH


[♥]:~ By. @mbar.ss

\\*Bila kau ingin berdoa. Berdoalah.., Bermunajah'lah dgn sunggguh2 lalu berlaku khusyuklah. Cukup sampai disitu prilaku baikmu kau tunjukkan kpd~NYA dan cukup hati~mu sampai disitu memohon kpd~NYA dan cukup rasa keinginan itu sampai disitu berkeinginan kpd~NYA. Selebihnya Serahkan kpd~NYA,Pasrahkan kpd~NYA dan Ikhlaskan apa yg kau inginkan. Biarlah DIA yg mengatur apa yg Terbaik buat-mu, buat hidup-mu dan buat kehidupan-mu. Krn apapun yg dtg dari~NYA semuanya BAIK dan HAQ-NYA. Amin. Wslm

Pesan dari Ust. Yusuf Mansur




Yth., jamaah yg dimuliakan Allah, udah sebulan lebih ini, notebook saya bermasalah. Baru hari ini, minggu, tgl 17 januari akhirnya dibawa ke yang ahlinya. Mudah-mudahan bisa kelar dalam waktu singkat. Allah jugalah yang mengizinkan semuanya trjadi. DIA Yang Mempercepat, dan DIA juga Yang Menunda. Termasuk menunda perkuliahan. Namun tetap saja saya meminta maaaaaaf teruuuuuuusss kepada saudara-saudara semua Peserta KuliahOnline. Berikut ini saya mulai penulisan kuliah harian berupa ihyaa-us sunnah.

Harapan saya, saudara-saudara menulis dengan jujur, tanpa terpaksa, pembahasannya, menurut sekemampuan saudara sendiri. Saya sendiri tidak akan berkomentar banyak, namun saya baca di sela-sela kegiatan saya. Dan itu akan berguna untuk diri saudara sendiri. Sebisa mungkin segala pertanyaan saudara-saudara akan terjawab dan dijawab di pembahasan-pembahasan materi-materi di kuliahonline ini, atau di kuliahdhuha. Semoga Allah yang menuntun tangan saya, pikiran saya, diberikan izin tuk menuntun saudara-saudara semua dan diri saya untuk lebih mengenal-Nya.

Waba\'du, kuliah harian ihyaa-us sunnah ini mohon dengan sangat, sebisanya, sengertinya, dikomentari, diberikan tulisan saudara sendiri sejauh saudara memahami apa yg disajikan dari hadits-hadist dan ayat-ayat yang secara sederhana saya upload. Atas izin saudara-saudara semua, kawan-kawan sedang mengumpulkan tulisan-tulisan terbaik dan yang serius menulisnya, sebagai kumpulan buku tersendiri dari Anda untuk Anda. Seru-seru. Banyak yang mengharukan. Banyak yang menginspirasikan banyak hal. Terhadap tulisan-tulisan yang berupa curhat dan permohonan doa atau konseling, saya hanya bisa mendoakan semoga Allah menolong kita semua. Terima kasih banyak.

Salam, Yusuf Mansur.



Note: Insya Allah setelah notebook selesai, dan pengorganisasian file selesai, saya akan segera mulai kembali. Saya rindu pada saudara semua.