Kamis, 31 Desember 2009

Tentang Melihat Allah



Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin

Bagaimana pandangan salaf tentang melihat Allah? Bagaimana hukumnya orang yang berpandangan bahwa Allah itu tidak bisa dilihat dengan mata dan melihat Allah hanya merupakan ungkapan tentang keyakinan yang sempurna?

Jawaban:

Ketika menjelaskan tentang hari kiamat, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat." (Al-Qiyamah: 22-23).

Allah menyandarkan penglihatan kepada wajah, padahal anggota badan pada wajah yang dapat melihat adalah mata. Ayat tersebut menjadi dalil bahwa Allah dapat dilihat langsung dengan mata, tetapi penglihatan kita kepada Allah tidak mampu mencakup keseluruhan tentang-Nya, seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Quran, "Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya." (Thaahaa:110).

Jika kita tidak mampu mengetahui Allah secara keilmuwan –sedangkan penguasaan ilmiah lebih luas dan lebih mencakup daripada pengetahuan mata- menunjukkan bahwa kita juga tidak mungkin melihat Allah secara utuh dengan mata kita. Hal ini selaras dengan firman Allah, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui." (Al-An'aam: 103).

Mata walaupun bisa melihatnya, tetapi tidak mungkin bisa mengetahuinya secara detail. Allah memang dapat dilihat secara langsung dengan mata, tetapi dengan penglihatan itu Dia tidak bisa diketahui secara detail; karena Dia terlalu agung untuk diketahui. Demikianlah pendapat para salaf dan mereka melihat bahwa nikmat paling sempurna yang diberikan Allah kepada manusia adalah melihat wajah Allah. Maka dari itu, di antara do'a Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam adalah, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, lezatnya melihat wajah-Mu." (Diriwayatkan An-Nasa'i).

Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "lezatnya melihat" karena penglihatan itu memberikan kelezatan yang tidak diketahui kecuali orang yang mengalaminya yang mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah. Saya memohon kepada Allah, semoga Dia menjadikanku dan Anda termasuk bagian dari mereka. Itulah hakekat yang disepakati para salaf.

Sedangkan orang yang mengira bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan mata dan bahwa melihat merupakan ungkapan dari kesempurnaan keyakinan, ini adalah pendapat batil, bertentangan dengan dalil-dalil dan tidak sesuai dengan realitas, karena kesempurnaan keyakinan juga ada di dunia, seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam dalam menafsirkan kata ihsan, "Ihsan adalah hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya, seakan-akan Dia melihatmu."

Jika Anda beribadah kepada Allah seakan-akan Anda melihat-Nya, ini adalah keyakinan yang sempurna. Sedangkan anggapan yang mengatakan bahwa nash-nash yang diriwayatkan tentang melihat Allah menggambarkan tentang keyakinan yang sempurna, karena orang yang yakin dengan keyakinan yang sempurna seperti orang yang melihat dengan mata kepala, adalah anggapan yang salah dan mengubah nash, bukan takwil tetapi mengubah nash dengan perubahan yang batil yang harus ditolak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.