Jumat, 01 Januari 2010

Penyesalan yang Terlambat Penderita HIV



Jakarta, Sejak usia 17 tahun, pemuda E sudah kenal dengan narkoba dan seks bebas. Selama 8 tahun berkubang kenikmatan yang menyesatkan. Ketika dirinya tersadar dan ingin bertobat tanpa diduga penyakit HIV AIDS membalas kelakuan buruknya.

Pria berumur 33 tahun yang minta dirahasiakan namanya itu mengaku terjerumus narkoba dan seks bebas pada tahun 1994. Semua berawal dari lingkungan.

"Itu karena pengaruh lingkungan yang sangat kuat. Saya sendiri tidak tahu dapat virus itu dari mana, apakah dari seks bebas atau dari narkoba. Kemungkinannya fifty-fifty," tuturnya. Keinginan untuk berhenti mengonsumsi narkoba muncul pada tahun 2002. "Saya mulai merasa sayang karena uang yang saya dapat dari kerjaan harus dipakai untuk narkoba," ujarnya.

Tapi tobat yang dilakukan rupanya sudah terlambat. Virus HIV sudah masuk ke tubuhnya yang menyerang kekebalan tubuhnya hingga tiga kali masuk UGD. "Awalnya saya didiagnosa tifus karena gejala pertamanya hampir sama yaitu panas tinggi nggak turun-turun. Tapi setelah tiga kali bolak balik UGD, dokter mulai curiga dan akhirnya saya dites HIV," jelasnya.

Meski sempat terpukul menerima kenyataan pahit tersebut, E mulai bisa menerima kondisinya. Dengan dukungan keluarga dan teman-temannya, E kini berhasil mempertahankan kekebalan tubuhnya dengan rutin mengonsumsi obat Antiretroviral (ARV). Dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun, obat ARV mampu meningkatkan kekebalan tubuhnya hingga berkali-kali lipat.

"Sebelumnya sistem imun saya sangat lemah. Saya kena anemia, penglihatan kabur, gatal-gatal, toksoplasma dan streptococus. Tapi karena rutin konsumsi ARV, alhamdulillah saya lebih kuat," tuturnya.

Sejak tahun 2004 obat Antiretroviral disubsidi oleh pemerintah sehingga masyarakat tidak perlu lagi membayar sekitar Rp 300-500 ribu untuk mendapatkan obat tersebut (60 tablet untuk 1 bulan). Cukup dengan rutin mengonsumsi ARV dua kali sehari (pagi dan malam), seorang penderita virus HIV bisa bertahan bahkan bisa sembuh.

Meski keadaannya kini sudah membaik dan stabil, tapi E masih punya beban mental yang dirasakannya. "Ketakutan saya adalah ketika orang lain tahu kita punya HIV. Mereka takut ketularan dan mengira virusnya bisa pindah lewat air liur atau jabatan tangan, padahal itu tidak benar," ujar pria yang kini aktif sebagai counsellor di support group Pokdisus AIDS di RSCM.

E pun menyarankan agar penderita HIV sebaiknya jangan mau kalah dengan virus tersebut. "Obatnya sudah ada, gratis pula. Hanya bayar 60 ribu per bulan, itu pun bukan untuk beli obat tapi untuk konsultasi dokter," ujar pria asal Jakarta yang merupakan sarjana lulusan universitas ternama di Indonesia.

1 komentar:

  1. Pernyataan kontroversial Luc Montagnier MD (Penemu HIV) dalam video clip singkat :

    http://indobe.blogspot.com/2010/01/sekilas-info-penemu-hiv-luc-montagnier.html

    Menjelaskan Bagaimana HIV Bisa Dieliminasi dari dalam tubuh...

    Jangan Putus Asa dan Kelewat Batas... SEMANGAT!

    BalasHapus

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.