Kamis, 31 Desember 2009

Apa tanda Kewalian itu (Walyullah)???



Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin

Ada seseorang yang meminta pertongan kepada selain allah dan mengira bahwa dia waliyullah, apakah tanda waliyullah itu? Jawaban:

Tanda-tanda kewaliyan dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya, "Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (Yunus: 62-63).

Tanda-tanda kewalian adalah beriman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya. Barangsiapa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka dia adalah waliyullah. Sedangkan orang yang berbuat syirik, maka dia bukan waliyullah, melainkan musuh Allah seperti yang difirmankannya, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 98).

Orang yang memohon kepada selain Allah atau memohon kepada sesuatu yang tidak kuasa mengabulkannya kecuali Allah, maka dia adalah musyrik, kafir dan bukan waliyullah walaupun dia mengaku demikian, bahkan anggapan bahwa dirinya wali tetapi dia tidak bertauhid, tidak beriman dan tidak bertakwa adalah anggapan yang dusta dan bertentangan dengan perwalian.

Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang muslim dalam masalah ini hendaklah mereka tidak tertipu oleh orang-orang yang mengaku wali itu dan hendaklah mereka tetap kembali kepada kitabullah dan sunah nabi yang shahih, hingga harapan, tawakal, dan sandaran mereka hanya kepada Allah semata, sehingga mereka merasa aman, tenang, dan damai. Dengan begitu mereka bisa menyelematkan harta mereka dari perampokan orang-orang yang bertindak khurafat itu. Dengan merujuk kepada Al-Kitab dan sunah, mereka akan terhindar dari keterpedayaan oleh diri mereka sendiri.

Kadang kita temukan, ada di antara manusia yang mengaku dirinya pemimpin atau wali. Jika Anda merenungkan atau memikirkan apa yang mereka lakukan, Anda dapati mereka jauh dari perwalian dan kepemimpinan. Wali yang sebenarnya tidak mungkin mengaku-aku bahwa dirinya wali, sebaliknya dia merasa enggan mendapatkan penghormatan, permuliaan dan sebagainya. Tetapi Anda dapati dia beriman, bertakwa, menyembunyikan identitas, tidak menampakkan diri, tidak suka ketenaran, tidak ingin didatangi manusia, atau dijadikan sandaran, baik karena takut atau berharap. Jika ada seseorang mengaku-aku sebagai wali hanya untuk mendapatkan kemuliaan dan kehormatan, menjadi tempat kembali dan tempat bergantung, maka sebenarnya, tindakan ini bertentangan dengan takwa dan perwalian. Maka dari itu dijelaskan dalam hadis dari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam tentang oang yang menuntut ilmu agar disanjung oleh orang-orang bodoh dan didekati para ulama atau agar menjadi pusat perhatian manusia, maka dia akan mendapatkan ancaman begini dan begitu. Pertanyaan ini diperkuat dengan sabda beliau, "Atau untuk memalingkan wajah manusia kepadanya." (Ditakhrij oleh At-Tirmidzi, kitab Al-Ilm, bab "Ma Jaa Fiman Yathlub Bi'ilmihi Ad-Dunya." (2654).

Orang-orang yang mengaku bahwa dirinya wali dan berusaha memalingkan wajah manusia kepadanya, mereka adalah sejauh-jauh orang dari perwalian.

Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang muslim agar mereka tidak terpedaya oleh orang-orang semacam itu dan hendaklah mereka kembali kepada kitabullah dan sunah rasul-Nya, dan hendaklah mereka menggantungkan cita-cita dan harapan mereka kepada Allah semata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.