Sabtu, 26 Desember 2009

Tiga Orang yang Terjebak di Dalam Goa



Kisah ini membimbing kita kepada jalan keluar jika kita diliputi oleh kesulitan-kesulitan, dan tali asa dari para hamba telah terputus. Dalam kondisi ini terdapat pintu di mana tidak ada harapan yang putus darinya. Dia selalu hadir. Dia berkuasa selama-lamanya, menjawab orang yang dalam kesulitan jika dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesengsaraan. Dalam hadis berikut ini Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan kisah tiga orang yang masuk ke dalam goa, lalu sebuah batu besar jatuh dan menutup pintu goa. Maka masing-masing bertawassul kepada Allah dengan amalan paling mulia yang dilakukannya dan berdoa kepada Allah dengan amalan tersebut. Allah mengabulkan doa mereka. Dia mengangkat musibah dan menghapus kesulitan mereka.

Bukhari Muslim meriwayatkan dari Shahih, masing-masing dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Ketika tiga orang sedang berjalan-jalan, tiba-tiba hujan turun. Maka mereka berteduh di sebuah goa di gunung. Sebuah batu besar tiba-tiba menggelinding dari gunung menuju pintu goa dan menutupnya.

Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, 'Lihatlah amal shalih yang telah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah dengannya. Semoga Allah memberi kemudahan bagi kalian.'

Salah seorang dari mereka berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang telah berusia lanjut, istri dan beberapa anak yang masih kecil. Aku yang menggembala untuk mereka. Jika aku pulang di sore hari, aku memerah susu, lalu memberi minum kedua orang tuaku terlebih dahulu sebelum anak-anakku. Suatu hari aku menggembala cukup jauh dari desa. Aku tidak pulang kecuali hari telah sore, dan aku mendapati mereka berdua telah tidur. Aku memerah susu seperti biasa. Aku membawa bejana susu kepada keduanya dan berdiri menunggu di atas kepala mereka berdua. Aku tidak ingin membangunkan kedunya dari tidur dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku sebelum keduanya minum. Sementara anak-anak menangis kelaparan di bawah kakiku. Aku tetap melakukan apa yang aku lakukan dan anak-anak juga demikian sampai terbit fajar. Jika engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu hanya demi mencari wajah-Mu, maka bukalah pintu goa ini sedikit sehingga kami bisa melihat langit.' Lalu Allah membuka pintu goa sedikit dan mereka melihat langit.

Yang lain berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai sepupu perempuan, dan aku sangat mencintainya seperti laki-laki mencintai perempuan. Aku meminta dirinya, tetapi dia menolak sampai aku bsia memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga aku berhasil mengumpulkan seratus dinar. Aku menyerahkan kepadanya. Manakala aku telah duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, '"Wahai hamba Allah, bertaqwalah kepada Allah, jangan membuka cincin kecuali dengan haknya.' Maka aku meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu karena mencari Wajah-Mu, maka bukalah pintu goa sedikit.' Maka pintu goa terbuka agak lebar.

Yang ketiga berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya aku menyewa seorang pekerja dengan imbalan satu faraq besar. Selesai menunaikan pekerjaaannya, dia berkata, 'Berikan hakku.' Lalu aku menyodorkan faraq-nya, tetapi dia menolaknya. Seterusnya aku menanamnya sampai aku mengumpulkan beberapa sapi sekaligus pengembalanya darinya. Dia datang lagi dan berkata, 'Bertakwalah kepada Allah, jangan menzhalimi hakku.' Aku berkata, 'Pergilah kepada sapi-sapi itu berikut penggembalanya. Ambillah.' Dia menjawab, 'Jangan mengolok-olokku, bertakwalah kepada Allah.' Aku berkata, 'Aku tidak mengolok-olok dirimu. Ambillah sapi-sapi itu dan pengembalanya.' Lalu dia mengambil dan pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan hal itu demi mendapakan wajah-Mu, maka bukakanlah sisanya.' Maka Allah membuka apa yang tersisa.


Sebagian ahli ilmu menyatakan bahwa goa tempat berlindung ketiga orang ini adalah goa tempat berlindung Ashabul Kahfi yang diceritakan di dalam Al-Qur'an. Pendapat ini tidak diterima. Dalil mereka adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bazzar dan Thabrani dengan sanad hasan dari Nu'man bin Basyir, bahwa dia mendengar Rasulullah menyebut Ar-Raqim. Beliau bersabda, "Ada tiga orang pergi, maka mareka masuk ke dalam goa. Sebuah batu besar jatuh di mulut goa dan menutup jalan mereka…." (hadis) (Fathul Bari, 6/506).

Goa ini bukanlah goa itu. Hadis di atas tidak menunjukkan bahwa goa mereka adalah goa ashabul kahfi. Hal ini diperkuat oleh perbedaan kisah dan peristiwa.

Sama dengan mereka, orang-orang di atas perahu yang dikurung oleh ombak dengan angin yang berhembus sangat kencang. Ombat membuat perahu naik turun, bergoyang miring dan berguncang, sementara mereka tidak bisa berbuat apa pun.

Sama dengan mereka, orang-orang di pesawat dengan mesin yang rusak dan mulai limbung di udara kadang-kadang lurus, kadang-kadang miring dan bergetar di sana-sini.

Sama dengan mereka, orang-orang yang terbenam oleh bumi atau dilanda gempa hingga rumah mereka roboh dan mereka terkurung di tempat yang sempit di puing-puing reruntuhan. Para manusia dalam keadaan seperti ini, walaupun mereka adalah orang-orang yang gemar berbuat dosa, mereka akan tetap memanggil Tuhan mereka untuk memohon perlindungan dan pertolongan-Nya. Dia Maha Berkuasa ketika segala sarana yang dengannya manusia menjaga manusia tidak mungkin digunakan. "Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya…" (Lukman: 32).

"Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata), 'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.' (Yunus: 22)

Dalam kondisi seperti ini sebagian orang merasa cukup hanya dengan berdoa. Sebagian lagi berusaha bertawassul kepada Allah dengan nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Dan sebagian yang lain ber-tawassul kepada-Nya dengan amal-amal shalih. Yang terakhir inilah yang diusulkan oleh salah seorang dari mereka. Dia meminta kedua orang temannya agar masing-masing bertawasul dengan amalnya yang paling mujarab yang dia lakukan karena Allah.

Masing-masing telah menyebutkan amal shalih yang dilakukannya karena Allah, dan didukung dengan doa kepada Allah agar memberi kemudahan dalam kesulitan yang mereka alami jika dia memang benar dalam perkataannya. Setiap kali salah seorang menyebutkan amalnya dan memohon kemudahan, batu besar itu bergeser sedikit. Sehinga ketika orang ketiga menyebutkan amalnya dan permintaannya, maka batu itu bergeser sepenuhnya dan mereka bisa keluar dengan selamat.

Hal ini mengandung petunjuk yang besar, bahwa Allah mendengar pengaduan mereka. Dia mengetahui keadaan mereka dan kejujuran ucapan mereka. Maka Dia mengangangkat kesulitan mereka dan memudahkan perosalan mereka. Kisah mereka menjadi pelajaran bagi orang lain yang tertimpa kesulitan seperti mereka.

Amal-amal shalih mereka, yang dengannya Allah menyelamatkan mereka menunjukkan bahwa mereka dalah orang-orang yang baik dan bertakwa. Ini dari satu sisi. Di sisi lain, ini menunjukkan bahwa alam tersebut dicintai oleh Allah.

Orang pertama ber-tawassul dengan birrul walidain. Orang ini adalah salah seorang pengembala. Dan pada penggembala bergantung kepada susu domba, sapi dan unta mereka. Orang ini selalu memerah susu setiap kali pulang dari penggembalaan, lalu memeberi minum kedua orang tuanya sebelum anak-anak dan istrinya.

Suatu hari dia membawa ternaknya ke daerah rumput yang cukup jauh. Dia baru pulang setelah malam tiba. Lalu sebagaimana biasa, dia pun memerah susu dan membawa bejana susu kepada kedua orang tuanya, tetapi kedua orang tunya telah tidur. Dia tidak ingin membangunkan mereka berdua. Dia juga tidak ingin memberi minum anak-anaknya sebalum keduanya. Malam itu dia tidak tidur, dengan bejana susu yang masih ada di tangannya. Anak-anaknya menangis di kakinya karena lapar, sementara dia tidak ingin membangunkan kedua oang tuanya sampai terbit fajar. Maka dia memberi minum kedunya, setelah itu anak-anak dan istrinya.

Tak seorangpun selain Allah yang mengetahui sejauh mana kesengsaraan yang dipikul oleh laki-laki ini di malam itu. Perkaranya tidaklah mudah baginya. Dia seorang pengembala dan telah berjalan jauh dari desanya, maka hal itu tentu melelahkan dan merepotkannya, ditambah dia belum makan malam dan anak-anaknya yang merengek di bawah kakinya. Betapa pedihnya seorang bapak jika melihat anak-anaknya menangis kelaparan.

Potret mengagumkan hasil cetakan iman. Undang-ungang bumi dan aturan-aturan manusia tidak mungkin bisa mengkatrol seseorang untuk mencapai derajat ini. Tangguh memikul beban berat, beperasaan mulia, menghormati dan menghargai orang tua.

Orang kedua bertawassul kepada Tuhannya dengan rasa takutnya kepadaNya. Rasa takut inilah yang membuatnya meninggalkan zina dan menahan nafsu. Urusan orang ini adalah bahwa dia menginginkan sepupunya yang sangat dicintainya. Iman sepupunya ini menjaganya dari keinginan laki-laki tersebut. Wanita itu menolak sampai dia tertimpa kesulitan dan kemiskinan yang memaksanya untuk menyetujui kemauan dan mentaati keinginannya setelah sepupu laki-laki membayarkan harta yang besar seperti yang disyaratkan sebelum dia menyerahkan diri kepadanya. Akan tetapi ketika sepupu laki-laki ini telah menguasainya dan telah duduk seperti suami yang duduk di atas istrinya. Tiba-tiba wanita itu bergetar dan gemetar. Ketika laki-laki itu bertanya kepadanya tentang sebab dia gemetar dan bergetar dia menajwab bahwa hal itu karena ia takut kepada Allah, karena sebelumnya dia tidak pernah melakukan zina. Laki-laki itu berdiri meninggalkannya dan mengikhlaskan uang yang telah diberikan kepadanya.

Kejadian seperti ini juga terjadi pada seseorang laki-laki dari Bani Israil. Dia adalah laki-laki fasik yang terjemurus ke dalam kemaksiatan. Dia selalu berbuat mesum dengan wanita manapun yang ia mau. Suatu kali ia mendapatkan seorang wanita. Wanita ini gemetar penuh ketakutan. Manakala ia menanyakan penyebabnya, maka dia mendapatkan rasa takunya kepada Allah. Laki-laki ini pun bertaubat dan kembali kepada Allah. Dia berjanji kepada Tuhannya untuk meninggalkan kemaksiatan. Dia mati pada malam itu, maka Allah mengampuni dan memasukkanya ke dalam rahmat dan surga-Nya.

Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunannya dari Ibnu Umar berkata, 'Aku telah mendengar nabi menyampaikan suatu hadis. Seandainya aku tidak mendengarnya kecuali kecuali satu atau dua kali (sampai Ibnu Umar menghitung tujuh kali), akan tetapi aku mendengarnya lebih banyak dari itu. Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Adalah Kifli dari Bani Israil. Dia tidak pernah takut mengerjakan dosa. Suatu kali seorang wanita mendatanginya. Kifli membayarnya enam puluh dinar untuk bisa berbuat mesum dengannya. Ketika Kifli telah duduk seperti suami yang telah duduk pada istrinya, wanita itu menangis dan gemetar. Kifli bertanya, 'Apa yang membuatmu menangis? Apakah aku memaksamu?' Wanita itu menjawab, "Tidak, akan tetapi ini adalah perbautan yang tidak pernah aku lakukan. Aku terpaksa melakukannya saat ini, tidak lain kecuali karena terpaksa.'

Kifli berkata, 'Kamu melakukan ini padahal kamu tidak pernah melakukannya. Pergilah ambillah uang itu untukmu.' Kifli berkata, 'Tidak, demi Allah, setelah ini aku tidak akan bermaksiat selama-lamanya.' Maka Kifli mati di malam itu. DI pagi hari tertulis di pintu rumahnya, 'Sesungguhnya Allah telah mengampuni Kifli.'"

Orang ketiga bertawassul dengan penjagaannya terhadap harta pegawai yang pergi meninggalkan hartanya. Dia mengembangkan harta itu hingga melimpah. Setelah kepergian yang cukup lama, pegawai itu datang meminta haknya yang tidak seberapa. Orang ketiga ini memberikan seluruh harta hasil dari pengembangan hartanya yang sedikit. Dia menerimanya dan tidak meninggalkan sedikit pun.

Apa yang dilakukan tiga orang tersebut adalah teladan luhur yang tidak dikenal oleh dunia saat ini, kecuali mereka yang dirahmati oleh Allah. Allah telah memudahkan kesulitan orang-orang baik ini dan menghilangkan problem mereka.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

1. Disyariatkannya bertawassul kepada Allah dengan amal shalih, sebagaimana tiga orang ini melakukan hal itu dan Allah menyelamatkan mereka.

2. Pengaruh taqwa dalam meloloskan seorang hamba dari musibah dan kesulitan. "Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia meletakkan untuknya jalan keluar dari segala kesulitan." (Ath-Thalak:2).

3. Disyariatkannya doa pada waktu terjadi musibah dan kesulitan. Allah telah memerintahkan agar berdoa kepada-Nya. Barang siapa tidak berdoa kepada-Nya, Dia memurkainya, "Dan Rabbmu berfirman, "Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku akan perkenankan bagimu." (Ghafir: 60).

4. Birrul Walidain termasuk amal shalih yang dicintai oleh Allah, mendekatkan kepada-Nya serta membebaskan seorang hamba dari kesulitan-kesulitan dunia dan hari kiamat.

5. Rasa takut kepada Allah termasuk ibadah besar yang menolak adzab, melindungi dari perbuatan buruk, dan mendekatkan kepada Allah. Rasa takut inilah yang menjadi sebab seorang meninggalkan perbuatan tercela, dan itu adalah salah satu sebab terselamatkannya dia dari dalam goa.

6. Tidak semua pelaku dosa telah menyimpang dan berhak memperoleh murka Allah. Seseorang mungkin berusaha melakukan dosa seperti orang kedua yang hendak melakukan zina terhadap sepupunya, akan tetapi dia bertaubat dan meninggalkannya sebelum hal itu terjadi karena takut kepada Allah. Orang ini diberi pahala lantaran mampu menahan diri dari hawa nafsu. Dan mungkin saja seorang melakukan dosa, lalu dia bertaubat dan kembali kepada Allah dan Allah menerima taubatnya, maka keadaannya setelah taubat lebih baik daripada sebelum taubat, seperti yang terjadi pada Kifli.

7. Kesulitan dan kemiskinan kadangkala memaksa seorang yang shalih untuk melakukan perbuatan buruk, sebagaimana kesulitan telah memaksa wanita itu untuk menerima perbuatan buruk. Yang menunjukkan bahwa dia sebagai wanita baik-baik adalah bahwa dia gemetar manakala laki-laki ini ingin melakukannya. Maka Allah memunculkan taubat dalam hatinya hingga membuat keduanya selamat.

8. Keutamaan menjaga hak dan harta orang lain. Pemilik harta telah menjaga bayaran pegawai tersebut dan mengembangkannya. Dan dia memberikan seluruh hasilnya manakala pegawai itu memintanya.

9. Anjuran seseorang melakukan tindakan terhadap harta orang lain yang ada di tangannya jika tindakan itu mengandung kebaikan padanya. Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ada dua kubu, yang membolehkan dan yang melarang. (Lihat Syarah Shahih Muslim, An-Nawawi, 16/217, Fathul Bari, 4/209, 5/16).

10. Pada waktu terjadinya kisah ini manusia telah mengenal perdagangan, pertanian, kerajinan dan peternakan. Ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa tiga orang dalam kisah ini pergi untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Salah seorang dari mereka menyewa pekerja-pekerja untuk mengolah tanahnya dan dia menanam bayaran pekerja itu, yang berupa beras, lalu dia menjual hasilnya dan dibelikan sapi dan kambing. Dan orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya itu memiliki kambing-kambing yang dia gembalakan dan dia perah susunya. Pemilik tanah memberi bayaran pekerja sebesar satu faraq beras, dan faraq adalah takaran untuk menakar. Nampan dan faraq pasti ada yang membuatnya. Hadis ini juga menunjukkan bahwa beras telah dikenal pada masa ketika kisah ini terjadi.

11. Berkah pekerjaan di bidang pertanian dan peternakan. Pemilik tanah mengembangkan upah pekerjaannya. Harta yang sedikit menjadi banyak dan Allah memberkahinya, hingga berlipat ganda.

12. Orang ketiga telah berbuat baik kepada pekerjaannya dengan mengembangkan harta tersebut. Sebaliknya, pekerja itu tidak berbuat baik kepada majikannya. Semestinya dia tidak membawa seluruh hartanya, akan tetapi menyisakan sebagian sesuai dengan usaha majikan dalam mengembangkannya.

13. Anggapan sebagian ulama bahwa Kifli yang disebutkan di dalam hadis Tirmidzi sama dengan Dzulkifli yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah tidak benar. Nama yang kedua adalah seorang Nabi yang ma'shum, yang tidak mungkin melakuan perbuatan keji. Sementara nama yang pertama adalah seorang laki-laki yang gemar berbaut dosa sebelum bertaubat. Yang pertama Kifli, yang kedua Dzulkifli.

14. Sejauh mana pengaruh kemiskinan dalam menyuburkan perbuatan mesum. Dua orang wanita di dalam hadis tersebut bersedia berbuat mesum karena kemiksinan dan himpitan hidup. Oleh karena itu, orang-orang yang meninfakkan harta mereka, membantu fakir miskin, janda dan anak yatim, merkea telah merbusah mengegah orang-orang seprti kedu awanita itu agar tidak terjerumus ke dlaam dosa ini dengan alasan himpitan hidup dan kemiskinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.