Sabtu, 10 Oktober 2009

Anak-anak Korban Gempa Mengemis


Padang - Ratusan anak-anak korban gempa di kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) sejak beberapa hari terakhir mulai turun ke jalanan untuk meminta-minta. Anak-anak tersebut, rata-rata berasal dari kawasan pedalaman Padang Pariaman yang relatif masih minim tersentuh bantuan.

Hal tersebut diungkapkan tokoh pemuda Padang Pariaman yang juga relawan gempa Sumbar, Jomi Suhendri, Jumat (9/10). Masih minimnya bantuan ke kawasan pedalaman Padang Pariaman, menurut Jomi, membuat warga korban gempa ”mengejar” bantuan ke jalanan.

“Banyak di antaranya anak-anak yang masih berusia di bawah belasan tahun. Hasil penelusuran kami sejak beberapa terakhir menunjukkan jumlah anak-anak yang meminta-minta di jalanan makin banyak,” ujar Jomi.

Dikatakan Jomi, banyak warga korban gempa di dusun-dusun yang terletak di kawasan pedalaman Padang Pariaman yang saat ini membutuhkan bantuan segera, terutama bantuan bahan pangan dan pakaian. Kawasan yang butuh bantuan dengan segera tersebut, antara lain Nagari Ampalu Tinggi, Nagari Limo Hindu, Nagari Koto Baru, dan Nagari Koto Dalam.

Semuanya terletak di Kecamatan Padang Sago dan Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Padang Pariaman. “Kami mengimbau agar pemerintah cepat mencari jalan keluar mencegah anak-anak tersebut turun ke jalanan. Selain itu, kepada orang tua diimbau untuk melarang anak-anak mereka berjuang di jalanan seperti itu. Kasihan mereka,” kata dia.

Sementara itu, seratus relawan baik medis maupun non medis yang tersebar di Kota Padang dan Kabupaten Pariaman berusaha menembus desa terisolasi untuk membantu korban gempa. Relawan ini dikirim ke Sumbar oleh Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).

“Selain menembus desa terisolasi, relawan kami juga mendirikan Rumah Sakit Lapangan (RSL) yang telah mengoperasi 17 pasien patah tulang. RS Lapangan yang terletak di Jl Pariaman memiliki fasilitas laboratorium dan radiologi yang dapat memudahkan penanganan pada pasien,” kata Ketua Umum BSMI Basuki Supartono dalam rilisnya, kemarin.

Menurut Basuki, pihaknya memang mengoptimalkan relawannya untuk menangani korban yang tidak tersentuh bantuan pemerintah. Hal ini untuk mengantisipasi korban yang lokasinya jauh dari pengungsian umum.

“Selama tanggap darurat pada gempa Sumatera, BSMI akan terus berupaya membantu korban yang masih belum ditangani oleh tim kesehatan,” ujar Basuki.

Basuki menjelaskan, para relawan yang diterjunkan sudah dibekali dengan peralatan P3K dan bahan makanan untuk korban gempa. Selain itu juga disediakan ambulans untuk mengangkut korban gempa yang mengalami luka berat. “Selain menyalurkan satu ton logistik dan obat-obatan, tim BSMI turut mengerahkan dua unit mobil penjelajah dan 4 ambulans keliling untuk mencari korban di setiap pelosok desa terisolasi yang terkena gempa,” tandasnya.

Rawat Inap

Memasuki hari ke sembilan pascagempa, 239 korban luka berat masih dirawat inap. Mereka tersebar di sejumah rumah sakit besar dan kecil di Padang. “Data tanggal 8 Oktober, total pasien rawat inap 239 orang, semuanya sudah mendapat perawatan medis,” kata Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Depkes Rustam Pakaya, Jumat (9/10).

Rustam menjelaskan, korban terbanyak dirawat di RS Pariaman (87 orang). Disusul RS Sitirahmah (34 orang), RS Djamil (34 orang), RST Reksodiwiryo (30 orang), dan sisanya tersebar di beberapa RS dan Puskesmas di Padang.

Sehari sebelumnya, Rustam menjelaskan, jumlah korban rawat inap mencapai 242 orang. Jumlah berkurang karena pasien meminta pulang setelah merasa sudah sehat. “Secara umum terkendali,” tandas Rustam.(dtc-62)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.