Senin, 12 Oktober 2009

Penyejuk hati yang gundah


Ya Allah, ampunilah kami, orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara seagama, sahabat-sahabat kami, orang-orang yang mencintai kami karena Engkau, orang-orang yang berbuat baik kepada kami dan bagi kaum muslimin muslimat, mukminin dan mukminat, wahai Tuhan penguasa alam semesta. Sesungguhnya Engkau Maha mendengar doa. Amin

Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memelihara wajah kami dari sujud kecuali kepada-Mu, Ya Allah peliharalah wajah kami dengan kemudahan rezeki dan jangan Engkau merendahkan kami dengan kesempitan rezeki-Mu. Maka peliharalah diri kami dari meminta-minta hajat kami kecuali kepada-Mu dengan kemurahan dan kaunia-Mu. Wahai dzat yang paling penyayang. Amin

Wahai Dzat Yang Maha Hidup, Wahai Dzat yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu kami mohon pertolongan, terimalah doa kami, Wahai Tuhan Kekalian Alam. Amin

Coba kita merenungkan kehidupan kita mulai dari kita lahir lemah tak berdaya, diasuh kedua orang tua bahkan oleh kakak atau family lainnya sampai kita dewasa punya anak/istri/suami dan harta yang mencukupi. Namun bila kita lihat cerminan kehidupan yang penuh dengan bahaya, bencana dan persoalan hidup yang datang tak terduga maka kita akan sadari bahwa dambaan kehidupan yang nyaman, tenang itu hanya sementara. Dan dari dialog-dialog dengan para ustad atau kerabat yang kita anggap lebih paham, didapatilah banyak kesalahan dari cara hidup yang udah dijalani sehari-hari; dari mulai lalai shalat (sering telat, sendiri, tidak berjamaah, jauh dari masjid) sampe ke hal-hal lain. Maksiat banget sih, tapi seperti kita-kita, hidup penuh hutang bank, kartu kredit, dan maksiat-maksiat kecil; televisi, dll yang menyimpan banyak bom waktu berupa maksiat kecil yang bisa menggunung. Belom lagi soal entengnya ninggalin hal-hal sunnah, dan lain-lain.

Kita bekerja lebih dari 10 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, hasilnya boleh dibilang cuma puyeng dan hidup sangat tidak berkualitas. Disebut kaya pun, kalau ga punya dampak akhirat, malah dibilang sia-sia. Harga dunia terlalu kecil. Apalagi sudah mah ga senang, ga bahagia, gersang, kering, eh juga kena banyak masalah. Kalau sifatnya ujian, bagus. Tapi kalau karena bodohnya kita, karena lalainya kita ibadah, karena jauhnya kita dari Allah, kalau hidup kita terkungkung riba dan maksiat-maksiat kecil yang ditumpuk, subhaanallaah, wajiblah kita merenung untuk mulai ngebenahin gaya hidup, pola hidup, dan mulai mempersiapkan kehidupan yang sesungguhnya. Yakni kehidupan untuk kematian kita. KEMATIAN ITU DATANGNYA SUDAH PASTI DAN TIDAK DAPAT DITUNDA WALAUPUN SEDETIK, MANUSIA TIDAK TAHU KAPAN DATANGNYA KEMATIAN, MUNGKIN BESOK, TAHUN DEPAN ATAU NANTI MALAM DISAAT KITA TIDUR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.