Selasa, 12 Januari 2010

Kisah Bayi Yang bisa Berbicara




DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar

Kisah Bocah dalam Gendongan yang Berbicara Memohon kepada Allah Agar Tidak Menjadikannya Seperti Orang yang Sombong



Dalam hadis ini Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan tentang tiga orang yang bisa berbicara semasa dalam buaian. Isa adalah yang pertama. Bayi Juraij adalah yang kedua, dan yang ketiga adalah bocah yang menyusu ibunya sambil duduk di persimpangan jalan. Dalam kondisi itu datanglah seorang pengendara dengan penampilan yang sangat bagus. Pakaian dan kendaraan yang ditungganginya menunjukkan bahwa dia adalah pemilik nikmat dan kekayaan. Dari penampilannya pula menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang muda, kuat, lagi sehat. Wanita ini mengaguminya, dan dia memohon kepada Allah supaya menjadikan anaknya seperti laki-laki itu. Anaknya meninggalkan susu ibunya dan berkata, "Ya, Allah, jangan jadikan aku sepertinya." Setelah itu dia meneruskan menyusu pada ibunya. Rasulullah menceritakan kepada kita bagaimana anak itu menyusu. Beliau meletakkan jarinya yang mulia di mulutnya dan menghisapnya. Ini menunjukkan bahwa menyusunya bocah itu adalah menyusu yang sebenarnya dan Rasulullah tidak bermaksud pada arti yang majazi(kiasan).

Tidak lama berselang, sekelompok orang melewati wanita itu. Mereka menyeret dan memukuli seorang hamba sahaya. Mereka berkata kepadanya, "Kamu telah berzina dan mencuri." Dan si hamba sahaya menjawab, "Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung." Maka wanita itu berdoa agar anaknya tidak seperti hamba sahaya tersebut. Bayi itu langsung meninggalkan susunya dan berdoa supaya dijadikan seperti dia.

Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dengan anaknya. Ibu itu bertanya kepada bayinya mengapa dia berdoa yang menyelisihi doanya. Maka si bayi itu memberitahu bahwa laki-laki berpenampilan menarik itu adalah seorang kafir yang durhaka lagi sombong. Adapun hamba sahaya, dia adalah seorang wanita shalehah yang mereka tuduh melakuakan sesuatu yang tidak dilakukannya.

Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis

1. Manusia terkadang meminta sesuatu yang justru merugikan dirinya dan berlari dari sesuatu yang baik baginya. Ibu ini memohon agar anaknya menjadi seperti laki-laki kafir lagi sombong, sementara dia tidak menyadari bahwa hal itu berarti mencelakakan anaknya. Wanita itu memohon agar anaknya tidak seperti wanita shalihah tersebut, padahal kebaikan menuntut seperti wanita itu dalam keshalihan dan ketakwaanya, walaupun dia dituduh telah melakukan sesuatu secara dusta dan palsu.

2. Hendaknya para dai menggunakan sarana pembelajaran untuk menjelaskan, menerangkan dan memantapkan ilmu di dalam jiwa sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ketika beliau meletakkan jarinya di mulutnya untuk menceritakan bagaimana anak itu menyusu dari ibunya. Hal ini banyak ditemukan di dalam hadis-hadis yang mulia. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam telah menjelaskan firman Allah, "Dan bahwa kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalannya." (AlAn'am: 153). Nabi membuat garis di atas pasir seraya bersabda, "Inilah jalan yang lurus." Beliau juga meletakkan garis-garis di kanan dan kirinya dan berkata, "Inilah jalan-jalan yang di masing-masing jalan terdapat setan penyeru."

3. Allah menjadikan di setiap zaman, ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran-Nya dan dengannya Dia diketahui. Muncul nilai-nilai yang dicintai oleh Allah dan nilai-nilai yang dibenci oleh Allah; di antaranya adalah ucapan bayi ini, ketidakrealaannya terhadap keadaan laki-laki yang sombong tersebut, dan kerelaannya terhadap dirinya agar bisa seperti hamba sahaya wanita itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.