Rabu, 18 November 2009

Tipis Iman, Tipis sekali jarak antara Waras dengan Kegilaan



Jaman telah berubah, bergeseran nilai makin terasakan. Orang makin tak mampu membedakan salah dan benar, baik dan buruk.
Apa bedanya hari ini dengan 20 tahun kebelakang dalam bidang kesehatan mental? Ditengarai hari ini kondisi kesehatan mental masyarakat kita semakin merosot. Hal itu dapat dilihat dari beberapa indikasi, misalnya semakin merosotnya kemampuan orang untuk membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang salah dan yang benar, juga semakin menipisnya rasa malu, hilangnya rasa bersalah, merosotnya standar moral dan sebagainya.

Dalam kaitan ini, berarti kesehatan mental lebih dari sekadar tidak adanya gangguan mental atau penyakit mental. Ada berbagai dampak sosial, kultural, fisik dan pendidikan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Perubahan nilai

Perubahan standar nilai dalam masyarakat itu antara lain dibuktikan dengan tak adanya rasa malu lagi ketika mengalami perceraian, semuanya diungkap secara terbuka. Ia memberi contoh kasus para selebriti yang rumah tangganya gonjang-ganjing, justru ketika ekonomi mereka sudah mapan.

Setelah sukses, suami atau istri merasa tidak cocok lagi dengan pasangan hidupnya, sedangkan mereka bertemu ketika keduanya masih sama-sama miskin. "Mereka menganggap pasangan ibarat barang, sehingga tidak menjaga etika atau rasa hormat terhadap pasangan,"Kawin-cerai, hamil di luar nikah bukan hal yang tabu lagi. Sehingga ada anggapan, orang sekarang lebih mudah menerima soal kawin-cerai ketimbang 20 tahun lalu misalnya.

Setiap hari kita juga menerima berita tentang koruptor yang tidak merasa malu mencuri uang rakyat, pejabat negara yang tidak merasa bersalah melindungi koruptor, kelompok teroris yang justru dipuja-puja dan lain-lain yang menjungkirbalikkan akal sehat.Diduga kini tumbuh subur anggapan bahwa ukuran kebahagiaan hidup adalah materi belaka. "Padahal itu hanya salah satunya saja,"

Faktor lainnya adalah karena lemahnya pendidikan karakter dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu , banyak orang tidak cukup memahami niat atau filosofi suatu rumah tangga maupun suatu jabatan. Artinya, telah terjadi pergeseran nilai yang dipengaruhi oleh perilaku sosial.

Terjebak budaya transisi

Kalau perihal malu tidak malunya masyarakat untuk melakukan korupsi, kawin cerai, mengungkap aib rumah tangga dan lain-lain seperti yang banyak terjadi belakangan ini, hal tersebut sebagai berkurangnya nilai-nilai agamis yang mengikat kehidupan suatu keluarga/bangsa. Jujur saja kita mulai meninggalkan budaya tradisional di kampung halaman dan makin menipisnya keyakinan dan keimanan bahwa Tuhan tidak melihat apa yang kita lakukan dan sepanjang lolos dari jeratan hukum maka 'fine-fine saja.

Hal-hal yang diadaptasi justru yang serba negatif dari kehidupan urban seperti seks bebas, hura-hura di klab malam, saling tidak peduli, tidak saling kenal, egois, dan mementingkan diri sendiri. "Mereka yang berada dalam budaya transisi ini yang rentan mengalami gangguan jiwa," dan mulai menjauh dari keluarga dan bisikan larangan Tuhan sudah tidak lagi membayang di alam pikirannya.

Hilang Akal

Selain pergeseran nilai maupun budaya transisi yang harus diwaspadai, ada hal lain juga yang harus dikhawatirkan saat ini. Yaitu perihal hilangnya rasa kewajiban untuk sholat lima waktu yang mencegah kita dan manusia yang islami untuk tetap beretika maupun budi pekerti yang merupakan syarat mutlak dan kewajiban manusia yang harus dijalani agar rahmat Allah selalu menyertai dan mencegah nya kepada jurang ke hinaan.

Sistem pendidikan di Indonesia terutama Sekolah umum yang tidak terarah membuat pendidikan agama tidak lagi dititikberatkan. Sebaliknya titik berat lebih banyak pada mencetak anak pintar secara akademik. Sayangnya tidak cukup bermoral, tidak paham soal disiplin waktu, pentingnya hormat kepada orang tua dan guru, dan nalar tugas manusia kepada Tuhannya dan manusia lainnya.

Pengaruhi Kesehatan Individu

"Masyarakat harus sehat. Sebab, masyarakat yang sakit akan memengaruhi kesehatan individu secara fisik maupun mental," Sehat dalam arti berakal budi dan selalu ingin mendekat kepada Allah Swt dan menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.

Kota menjadi magnet ekonomi yang luar biasa. Generasi baru akhirnya hanya mengenal budaya kota, termasuk mereka yang sengaja meninggalkan desa untuk bekerja atau menempuh pendidikan. Lalu, bertemulah orang-orang dari berbagai tradisi etnis. Akibatnya, ikatan keagamaan yang sudah menjadi tradisi lokal mulai kendur, budaya kompetisi lahir, dan nilai persaudaraan pun kian menipis.

"Sikap individual memunculkan kriminalitas karena tidak ada sanksi sosial. Kehidupan perkotaan memungkinkan orang hidup permisif. Kegiatan dakwah banyak, tetapi kriminalitas juga besar," semua itu, bisa dikurangi bila nilai-nilai agamis tetap tertanam dengan baik, hukum tegak berdiri, pendidikann maju, ada lapangan kerja, dan polisi memiliki wibawa yang tinggi. Sayangnya, kondisi yang ada telah menyebabkan "stroke sosial" karena tidak ada pemerataan.

Kehidupan kota telah merusak nilai-nilai dan membuat hal-hal tabu menjadi sesuatu hal yang biasa. Akibatnya, generasi baru diasuh oleh lingkungan yang busuk dan korup. Inilah efek runtuhnya nilai-nilai moral masyarakat yang memengaruhi kesehatan mental individu.

Ajarkan Sopan Santun

"Family is where we all come from." Keluarga adalah dari mana setiap individu berasal. Maka, sudah selayaknya, pendidikan Agama yang mengandung budi pekerti harus ditanamkan dalam keluarga sejak dini dan terus menerus.

Anak yang berkata kasar misalnya, itu karena tidak dibiasakan bertutur kata santun. Keluarga lah yang menjadi titik awal pengajaran santun dan sopan. "Kalau tidak diajarkan, anak tahu dari siapa? Memang harus dari keluarga, dan itu yang sangat penting," Selain lewat pendidikan etika, keluarga juga mesti pintar menyeleksi hal-hal yang baik dan buruk. Dalam hal tontonan misalnya, yang kerap dianggap dapat memengaruhi kesantunan atau ucapan kasar, keluarga harus bisa memilah mana yang layak ditonton dan mana yang tidak. "Keluarga yang tidak selektif akan membuat anak bebas menonton apa saja.

Manusia punya potensi sangat besar. Ia bisa menjadi sangat positif, sangat negatif, atau di antaranya. Dan potensi apa yang muncul semuanya karena berasal dari keluarga.


Bermula dari Rasa Tidak Aman

Gangguan mental emosional berupa kecemasan, stres, depresi, psikosis, dan penyalahgunaan obat termasuk gangguan jiwa. Psikosis adalah gangguan jiwa yang dikenal awam sebagai gila. Semua orang bisa mengalami mental distress atau stres, atau ketegangan karena menghadapi situasi tertentu. "Orang bisa mengalami ketegangan saat berhadapan dengan proses adaptasi, ujian, atau berada di tengah kerusuhan," ika dikelola dengan baik, mental distress ini belum tentu berkembang jadi gangguan jiwa. "Orang berkepribadian mature atau dewasa bisa mengelola stres dengan baik. Saat stres karena macet, misalnya, ia membuat dirinya nyaman dengan menyetel musik yang disukai. Sebaliknya, pada pribadi yang kurang dewasa, stres bisa berkembang jadi kecemasan dan depresi,"

Contoh lain, pribadi kurang dewasa namun perfeksionis yang bekerja di tempat yang serba tidak teratur, disiplin, dan tidak serasi dengan patokan yang sesuai pola kepribadiannya. "Dia bisa jengkel, menyesal, marah, sehingga pada level tertentu bisa depresi, murung, tak bersemangat, putus asa, pesimis, sehingga kehidupan psikososial terganggu. Dia menjadi tidak efektif di tempat kerja, tidak bisa berkonsentrasi. Distress itu menjadi depresi. Orang seperti ini butuh bantuan," dan tuntunan. Hanya orang yang sholatlah yang dapat mengatasi persoaalan sepelik ini, dimana selama 5x sehari dia mengadukan segala persoalan kepada Tuhannya tanpa kuatir dihianati atau dimarahi dan bahkan dicaci maki. Penyerahan diri yang total kepada Tuhan akan menguatkan bathin dan menjalani hidupnya lebih bersemangat karena orang yang penuh keimanan Tidak Pernah Bersedih hati Karena Punya Keyakinan Yang Besar bahwa kesulitannya hanya sementara dan Allahakan segera mengabulkan Doa-doanya. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.