Rabu, 18 November 2009

Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) Dokter anak yang bertangan dingin



Saya mengaguminya dan sangat menghormati sosok DR. Zakiudin Munasir. Dia selalu ramah dan sedia kala melayani semua pasien tanpa memperdulikan waktu dan tempat. Pada saat darurat, ketika Anakku yang pertama sakit panas tinggi dan saya curiga dia mengidap atau terkena Demam Berdarah yang sangat menakutkan itu, saya langsung datang jam 5 pagi tanpa perjanjian saya ketok pintu rumahnya dan dengan Senyum ramah dia melayani dengan baik.

Sampai anaku lahir yang ke -tiga, semua menjadi " Zakiudinist..." maksudnya kalu sakit meraka tidak akan sembu kalo belum bertemu dengan DR. Zakiudin, walau pun terbilang agak mahal tapi itu relatif tapi beliau kadang cukup mengerti, kalau saya bawa dua anak, kadang biayanya tetap satu orang. Bahkan ketika kami ada pesta dirumah yang bersangkutan dengan ditengah kesibukan yang tinggi beliau menyempatkan untuk datang... Wah,,, Betul..betul..Dokter yang penuh kharisma.

Kejadian Aneh

Waktu itu kami baru pindah rumah baru dan letaknya tidak jauh dari tempat Dr. Zaki parktek (kebetulan), anak ku yang kedua pada jam 5 pagi terbangun dengan berteriak keras sekali sambil memegang "titit" nya yang berdarah-darah. Kontan aku terbangun dan menghampirinya " Subhanallah" Anak ku yang kedua ; "tititnya" berdarah dan seperti telah di sunat. Kontan aku bawa kepada Dr. Zaki, ketika itu pasien cukup banyak, tapi dengan bijak Dr.Zaki mempersilahkan kami untuk segera masuk. Dia hanya tanya : Anak Bapak belum Bapak Sunatkan kan?? Aku jawab belum dok dan mungkin tahun depan, jawabku sekenanya : Dia hanya berucap : Bismillahi rahmaanir Rohiim, sambil mengembalikan "titit" anaku kepada keaadan semula; Alhamdulilah seketika itu Anaku yangbaru berusia 5 tahun itu merasa nyaman. dan kami pun pulang tanpa dipungut biaya.

Ilmunya di bidang alergi imunologi anak tentu tidak diragukan. Namun ia memiliki keahlian lain, yaitu wayang.

Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), bukanlah merupakan nama yang asing di bidang pediatrik, khususnya alergi imunologi. Saat ini, Zakiudin juga menjabat Ketua Divisi Alergi Imunologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Lalu, kenapa ia tertarik mendalami masalah alergi-imunologi? "Ilmu ini misterius," ujarnya suatu siang di bagian anak FKUI/RSCM. Menurut pria kelahiran Mojokerto 14 Agustus 1953 ini, masih banyak hal yang belum terungkap mengenai alergi-imunologi. Untungnya, katanya, pemahaman masyarakat sudah semakin baik tentang masalah ini. Makin banyak masyarakat yang aware untuk lebih memperhatikan kejadian alergi pada keluarga, terutama pada anak-anak.

Sayangnya, katanya lagi, kontras dengan pemahaman masyarakat yang semakin baik, lagi-lagi negeri ini masih minim ahli alergi-imunologi. Seluruh Indonesia, untuk alergi-imunologi anak, hanya ada 29 ahli. Itu pun, tentu saja hanya terkonsentrasi di kota-kota tertentu. Zaki, sapaan akrab pria ini, mengatakan, untuk mengangkat staff di lingkungan kerjanya pun tidak lagi mudah. Selain calonnya harus qualified, dana yang tersedia juga sangat minim. "Banyak di antara staff bukan pengawai negeri sipil hingga harus kita bayar sendiri," ujarnya.

Masalah lain, ujarnya, fasilitas di Indonesia yang masih sangat kurang, terutama untuk laboratorium. Zaki hanya berharap, paling tidak, Indonesia memiliki fasilitas dan pelayanan seperti yang dimiliki negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura. "Dari sisi sumberdaya manusia, bangsa ini tidak kalah." ujarnya.

Zaki lulus dari FKUI tahun 1976, kemudian memperoleh gelar spesialis anak tahun 1986. Tak puas menuntut ilmu di negeri sendiri, ia melanjutkan ke Groningen, Belanda tahun 1989 hingga 1990, lalu John Hopkins University tahun 1994 mendalami masalah AIDS. Tahun 1993 ia ke Singapura mempelajari masalah reumatologi dan Genewa, tahun 2000.

Anak Desa Yang Urung Jadi Ahli Tanaman

Ketika remaja, Zaki tidak pernah berfikir dirinya akan menjadi ahli medis seperti sekarang ini. Masa kecil yang ia habiskan di daerah pedesaan membuatnya ingin menjadi seorang ahli tanaman. Maka, selepas SMA ia pun mendaftar ke Institut Pertanian Bogor. Namun, ia pun diterima di Fakultas Kedokteran UI. Sang ibunda, menyarankan untuk melanjutkan ke sekolah kedokteran. Jadilah ia menuntut ilmu di Salemba, bukan di Pajajaran Bogor. Jika saja, saat itu ia tidak menuruti nasihat bunda, mungkin Zaki dikenal bukan sebagai ahli alergi anak.

Zaki mengatakan, ia memang tumbuh di lingkungan keluarga besar yang sangat menanamkan nilai religius. Meski keluarganya memiliki 14 anak, baik ia dan saudara-saudaranya bukanlah tergolong anak 'yang sulit diurus'. Kedua orang tuanya, sama sekali tidak pernah menggunakan kekerasan dalam mendidik anak, namun lebih pada memberikan teladan. "Kami diajarkan yang lebih tua harus memberi contoh pada yang lebih muda. Seperti estafet," ujar anak keempat dalam keluarga ini.

Ayah Zaki adalah seorang pensiunan militer yang lalu menjadi anggota parlemen. Karena tugas, ayahnya kerap harus berada di Jakarta atau kota-kota lain. Keluarga lebih memilih untuk menetap di Jawa Timur. Tentu saja, berpindah-pindah dengan 14 anak bukanlah hal mudah. Selain itu, ada peternakan sapi perah yang harus diurus di Jawa Timur. Ada sekitar 50 sapi dan ibunda Zaki yang mengelola semuanya. "Jadi ibu saya selain mengurus 14 anak, juga mengurus peternakan," kata dia menggambarkan bagaimana peran ibunya dulu.

Dengan lingkungan pedesaan seperti itu, Zaki kecil sangat menikmati hari-harinya, meski ia katakan semuanya berjalan seperti biasa. "Pagi sekolah, sore ngaji," ujarnya. Di hari-hari libur, ia kerap membantu pegawai ibunya menempel label pada susu hasil perahan. Ia juga merasa tidak kekurangan kasih sayang dari keluarga, karena selain ada ibunda, nenek buyutnya tinggal bersamanya.
Pengagum Kresna yang Masih Ingin Jelajahi Dunia

Sang ayah yang sering bepergian ke daerah-daerah di dalam maupun luar negeri, ketika pulang, selalu membawa 'oleh-oleh' yang membuat Zaki takjub. Ayahnya selalu bercerita bagaimana menariknya tempat-tempat di luar daerahnya. Sambil mendengarkan cerita ayahnya, Zaki kecil bertekad, bahwa ia suatu saat harus mengenal 'dunia luar' tersebut.

Tuhan ternyata mengabulkan keinginannya. Ketika ia sudah menjadi seorang dokter, satu per satu tempat di seluruh dunia ia singgahi. Berkunjung ke negara-negara lain, yang selalu ia jelajahi adalah daerah-daerah pedesaan dan tempat-tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya. Zaki pun rajin mengumpulkan dokumentasi foto-foto tempat yang ia datangi. Puluhan folder menyimpan kenangan akan tempat-tempat tersebut. "Saya paling senang dengan suasana pedesaan Inggris." ujarnya.

Di Indonesia, Zaki memilih Yogyakarta sebagai tempat favorit. Budaya membuat Zaki jatuh hati pada kota gudeg ini. Dan inilah satu hal yang menjadikan Zakiudin Munasir seorang yang unik. Tanyakan soal budaya Jawa, terutama wayang padanya. Dengan senang hati ia akan meladeni obrolan tentang hobi yang menemaninya sejak kecil ini. "Saya paling suka tokoh Kresna, karena bijaksana dan cerdik. Selain itu, Kresna merupakan titisan Wisnu dan dipercaya menjaga kelestarian alam," ujarnya.

Di rumahnya, ia menyimpan koleksi berbagai wayang dan peralatan mendalang. Buku-buku mengenai pewayangan pun turut menghiasi koleksi perpustakaannya. Bahkan, dulu ketika bertugas sebagai dokter Inpres di Kalimantan, ia bersama pegawai sebuah perusahaan membentuk kelompok wayang orang yang sering berpentas ketika ada acara-acara besar.

Sayang, karena kesibukannya kini ia tidak bisa sesuka hati menggunakan seluruh waktu untuk mencurahkan hobinya. "Apalagi wayang itu merupakan hobi yang memerlukan waktu panjang," ujarnya. Namun, sesibuk apapun Zaki berusaha menyempatkan diri untuk menonton acara kegemarannya. Salah satunya jika ada pementasan wayang malam 1 Sura di Istora, atau paling tidak, acara wayang di televisi. Saat hari raya lebaran, Zaki selalu 'menanggap' wayang di kampung halamannya juga ketika acara pernikahan putri tertuanya.

Ada alasan lain Zaki selalu menyempatkan diri untuk hobi seninya. Dengan melakukan hobi atau kesenangan tertentu, seseorang bisa terhindar dari stres dan rutinitas yang membosankan. Selain itu, Zaki mengatakan, seni dapat melatih kemamuan otak kanan, yang berperan pada kreativitas. "Ketika hanya otak kiri yang dipacu, maka seseorang akan cenderung kaku," ujarnya. Karena hal itu pulalah , sejak anak-anaknya masih kecil, Zaki sudah mengenalkan berbagai bentuk kesenian pada 3 putrinya, Dinastry Pramadita, Dwinanda Aidina Fitriani, dan Danar Tri Kusuma. "Saya berusaha membangun suasana seni di rumah," ujarnya. "Di rumah, saya sering menyetel gamelan atau klenengan. Jika ada film mahabarata, saya ceritakan hingga mereka senang dengan kisah tersebut juga saya belikan komiknya untuk mereka." Terbukti, semua putrinya menggemari aktivitas seni, seperti menari Bali, Saman, atau bermain organ.

Kini, anak pertama dan kedua Zaki mengikuti jejak orang tuanya menjadi seorang dokter. Putri pertama yang juga bersuamikan dokter, kini tengah mendalami pendidikan spesialis kedokteran olahraga di FKUI. Sedangkan yang terakhir, tengah menempuh pendidikan psikologi di UI. Mengurai resep dalam mendidik anak, Zaki mengatakan, seperti orang tuanya dulu, ia dan istri, Dr. Sulastri, MARS hanya memberi contoh. "Ketika anak-anak melihat orang tuanya bekerja keras, mereka juga otomatis akan bekerja keras," katanya.

4 komentar:

  1. Innalillahiwa'inailaihiro'jiun. Telah meninggal dunia, Dr. Sulastri Zakiudin, MARS, istri dr.Zakiudin Munasir,SpA(K), pada 16 Desember 2009. Mohon doanya..

    BalasHapus
  2. Semoga Ibu Dr.Sulastri Zakiudin MARS, berpulang dengan khusnul khotimah dan dilapangkan kuburnya dan diterima di sisi Allah.Swt, Amin..

    Bagi yang ditinggalkan, semoga Allah selalu memberi kekuatan dan Rahmat Nya. Bahwa kematian adalah hal yang sudah pasti bagi seluruh Umat tanpa kita tahu kapan dan bagaimana serta di mana.

    BalasHapus
  3. Kami mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya dan mendoakan agar Keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan Arwah Beliau diterima di sisi Allah Swt. " Innalillahi Wa innalillahi Roji'un.."

    BalasHapus
  4. Dokter yg satu ini jago dalang lho

    BalasHapus

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.