Rabu, 30 September 2009

Racun laba-laba bisa menyembuhkan disfungsi ereksi


Peneliti menemukan satu cara lagi untuk mengobati penyakit . Dengan menggunakan racun dari laba-laba paling berbisa asal Brazil, penyakit yang membuat sedih kaum pria iu pun bisa teratasi.

Awalnya, para peneliti dari Amerika dan Brazil menemukan fakta bahwa seorang yang terkena gigitan laba-laba asal Brazil (Phoneutria nigriventer) pada bagian penisnya merasa kesakitan. Tapi ternyata efek lainnya adalah penis bisa mengalami ereksi dan bertahan lama hingga beberapa jam.

Akhirnya, racun yang dikeluarkan dari gigitan laba-laba tersebut diisolasi dan dimurnikan menjadi jenis racun Tx2-6 dan diinjeksikan pada tikus yang menderita hipertensi serta erectile dysfunction (ED) dengan dosis tertentu.

Peneliti kemudian mengukur kadar racun Tx2-6 dalam tikus dan ternyata racun tersebut dapat membuat jaringan penile yang ada di tikus berkontraksi dan berelaksasi. Kandungan nitrit oksida yang berfungsi dalam proses ereksi pun meningkat.

"Di Brazil, sudah biasa mengobati sesuatu dengan racun binatang, dan kami sangat tertarik dengan bisa laba-laba yang ternyata bisa menormalkan kembali gangguan ereksi," ujar Kenia Pedrosa Nunes dari Medical College of Georgia seperti dilansir Health24, Senin (28/9/2009).

Laba-laba Brazil sangat banyak ditemukan di daerah Amerika Selatan dan Tengah. Laba-laba jenis Phoneutria nigriventer diketahui sebagai laba-laba paling berbisa dan menyebabkan beberapa kematian di daerah tersebut.

Penyakit ED yang dikenal dengan masalah impotensi bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk beberapa kasus, penyebabnya adalah masalah psikologi. Namun tidak sedikit juga penderita ED yang disebabkan oleh kecelakaan, diabetes dan penyakit lainnya.

"Konsep penggunaan bisa in sangat unik dan menarik. Kami yakin suatu hari nanti penemuan ini bisa jadi terapi pengobatan di bidang farmasi yang bisa mengobati pasien yang tidak bisa mengonsumsi Viagra. Butuh studi lebih lanjut untuk mengembangkannya," ujar Dr Arnold Melman dari Montefiore Medical Centre in New York City.

Sumber: detikcom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.