Rabu, 02 September 2009
BULAN PUASA TIDAK BOLEH MALAH BOROS
Bulan Ramadan telah hadir. Saatnya bagi umat muslim menjalankan kewajiban bulan puasa sebelum akhirnya merayakan kemenangan dengan merayakan Idulfitri. Saat berpuasa umat Islam harus siap secara fisik, mental, hingga materi. Kesiapan fisik dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan tubuh mengeluarkan energi seperti hari biasa di tengah kewajiban menahan lapar dan haus. Makan dan minum berkurang, tetapi pekerjaan kantor dan urusan rumah tangga tetap harus diselesaikan.
Mental juga harus siap, mengingat mereka yang menjalankan puasa wajib menahan hawa nafsu yang di dalamnya ada upaya menahan emosi, amarah, dan keinginan badaniah lain.
Selain kedua hal di atas, secara materi juga harus siap. Mengapa kesiapan materi juga dibutuhkan? Menurut beberapa pakar, sisi psikologi seseorang ternyata terbukti banyak memengaruhi keputusan mereka dalam berbelanja.
Misalnya, tindakan impulsif yang biasa muncul saat seseorang berada pada kondisi lapar, mengantuk, dan terburu-buru.
Menurut perencana keuangan Ahmad Gozali dari Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk & Rekans, seseorang yang menjalankan ibadah puasa akan cenderung lebih boros jika dibandingkan dengan hari-hari seperti biasa.
"Penelitian menunjukkan orang saat puasa akan membelanjakan sesuatu lebih boros. Selain itu, ada pengeluaran lain yang sifatnya tidak rutin," ujar Ahmad Gozali yang Agustus ini meluncurkan buku berjudul Puasa, Kok Boros? 20 Kiat Praktis Mengelola Keuangan di Bulan Ramadhan.
Pengeluaran tidak rutin yang bertambah saat bulan puasa dan menjelang Lebaran menurut Gozali patut dicermati, mengingat jangan sampai pos-pos pengeluarannya justru makin memberatkan pengeluaran rutin Anda.
Pengeluaran tidak rutin datang saat seseroang membutuhkan belanja bahan-bahan di luar kebutuhan pokok, misalnya berbelanja bahan membuat kue untuk persiapan Lebaran atau membeli pakaian dan sepatu baru.
Sementara itu, pengeluaran rutin tetap tidak berkurang, bahkan lebih besar mengingat tindakan impulsif itu akan menstimulan mereka yang berpuasa untuk membeli makanan yang lebih dibandingkan dengan menu hari-hari biasa.
Oleh karena itu, Gozali menyarankan ada pemisahan sumber dana kebutuhan rutin dan tidak rutin. Jika sumber dana kebutuhan rutin biasa dikeluarkan dari gaji bulanan, maka pengeluaran tidak rutin sebaiknya dialokasikan dari dana tunjangan hari raya atau bonus lainnya.
Selain itu Gozali juga menyarankan sebaiknya belanja dilakukan jangan mendekati Lebaran, mengantisipasi kenaikan harga yang akan datang menjelang akhir bulan puasa.
Jika ingin mudik, lihat berapa simpanan dana yang dialokasikan untuk mudik. Jangan sampai keinginan untuk mudik membobol simpanan dana kebutuhan pokok lain, misalnya, dana pendidikan anak, asuransi, deposito, dan lain sebagainya.
Sebaliknya menurut Gozali, jika dirasa uang Anda tidak cukup untuk mudik, jangan paksakan diri untuk mudik.
"Jika ingin mudik dengan menyewa kendaraan, sebaiknya bersama dengan keluarga lain yang arahnya sejurus supaya biayanya bisa dibagi dua," ujar Gozali yang juga menyarankan membeli pakaian dengan model dan bahan lebih awet agar bisa digunakan kembali sewaktu-waktu.
Naik dua kali
Perencana keuangan Sri Khurniatun dari Biro Perencana Keuangan Syariah Kurnia Consulting juga memberi pandangan yang sama.
Menurutnya, pengaturan keuangan pada Ramadan juga penting karena hal ini masuk dalam kategori pengendalian diri. Apalagi umumnya pengeluaran belanja keluarga bisa meningkat 2-3 kali lipat pada bulan ini dibandingkan dengan bulan lain.
Selain barang belanjaan tambahan yang dibutuhkan semakin banyak, kenaikan harga barang menjelang hari raya juga jadi faktor pendukungnya.
Sri menyarankan sebaiknya belanja dilakukan pada awal Ramadan sehingga saat tiba bulan puasa Anda tidak akan disibukkan dengan beragam kegiatan belanja yang hanya akan membuat ibadah Anda berjalan kurang khusyuk.
"Ibadah 10 hari terakhir Ramadan itu nilai pahalanya berlipat, sayang jika bila harus dilewatkan dengan berdesak-desakan di mal," perempuan berkerudung itu beralasan.
Ada baiknya pengaturan menu dilakukan, mengingat kebiasaan banyak ibu rumah tangga menyajikan lebih banyak menu saat berbuka dibandingkan dengan hari biasa.
Akibatnya, anggaran belanja memasak harian juga akan membengkak, apalagi jika nantinya makanan itu tidak dapat dihabiskan semuanya dan hanya berakhir di keranjang sampah.
Perlu kepiawaian seorang ibu dalam menghadirkan masakan yang bernilai gizi baik tetapi tetap terjangkau kantong.
"Bahkan dalam sirah Rasulullah hanya berbuka dengan seteguk air dan tiga kurma sudah cukup," ujar Sri.
Terakhir, sudah siapkan dana tambahan Anda untuk sedekah? Atau sudah siapkan juga keperluan belanja hadiah Lebaran untuk sanak saudara atau karyawan yang bekerja pada Anda?
"Lebih baik jika kita bersedekah dibandingkan dengan membeli makanan berlebih atau membeli barang yang tidak diperlukan. Marilah lebih mengendalikan diri dari hawa nafsu agar terhindar dari hal yang berlebihan dan pemborosan," ujar Sri menutup perbincangan.
Jadi, sudah siapkan anggaran belanja Anda dengan bijak? Sebaiknya lakukan mulai dari sekarang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Klik Comment untuk komentar dan pertanyaan Anda. TERIMAKASIH.